CIANJUREKSPRES – Situs Megalitikum Gunung Padang belum lama ini muncul dalam film dokumenter di Netflix. Graham Hancock menjadi orang penting di balik film dokumenter di Netflix tentang situs yang menunjukan peradaban maju di masa lalu itu.
Graham Hancock (lahir 2 Agustus 1950) merupakan seorang penulis dan jurnalis. Dia adalah pemimpin dalam gerakan inkuisisi modern melalui teorinya pseudoscientific tentang peradaban kuno dan peradaban yang hilang.
Teori Pseudoscientific
Pseudosains merupakan pernyataan, kepercayaan, atau praktik yang diklaim ilmiah dan faktual. Namun, mereka tidak sesuai dengan metode ilmiah. Teori Hancock yang paling umum melibatkan peradaban kuno, perubahan Bumi, monumen batu, atau megalit. Dia juga mempelajari dan berteori tentang kondisi kesadaran yang berubah , mitos kuno, dan data astronomi atau astrologi dari masa lalu.
Baca Juga:Gunung Padang Pikat Rasa Penasaran Warga AsingTak Hanya Netflix, Disney Plus Juga Punya Langganan Murah!
latar Belakang Pendidikan
Hancock lahir di Edinburgh, Skotlandia. Ayahnya adalah seorang ahli bedah di India, tempat Hancock menghabiskan sebagian besar masa kecilnya. Di awal masa dewasanya, dia kuliah di Universitas Durham di Inggris utara. Dia lulus pada tahun 1973 dengan Penghargaan Kelas Satu di bidang Sosiologi. Pasca kelulusan, dia menulis untuk banyak surat kabar terkemuka Inggris seperti The Times, The Sunday Times, The Independent, dan The Guardian. Penanda karir awal lainnya termasuk co-editor majalah New Internationalist dan koresponden Afrika Timur The Economist dari 1976-1983.
Di awal tahun 80-an, karir menulis Hancock beralih ke arah buku. Dia mengalihkan fokusnya ke hubungan spekulatif antara berbagai fenomena arkeologi, sejarah, dan lintas budaya. Pada tahun 1990 dia telah menulis dan lebih dari enam buku yang sebagian besar didasarkan pada teori pseudoscientific.
Perjalanan Karir
Karier Hancock mengalami terobosan pada tahun 1992 dengan publikasi The Sign and the Seal: The Quest for the Lost Ark of the Covenant buku terlaris ini membuka publik tentang teori, mistik, dan keberadaan The Lost Ark of the Covenant . Pers mulai memperhatikan Hancock karena menciptakan genre baru ‘sebuah cerita detektif intelektual oleh detektif yang melakukannya sendiri.’
Fingerprints of the gods , diterbitkan pada tahun 1995, menegaskan reputasi Hancock yang berkembang, serta keinginan untuk sifat ingin tahu dari ilmu semu. Fingerprints of the Gods digambarkan sebagai “salah satu landmark intelektual dekade ini”.