CIANJURESKPRES – Alasan kenapa uang koin 1000 kelapa sawit ini mendapatkan nilai yang sangat fantastis karena biasanya dijadikan koleksi bahkan bisa menjadi mahar pernikahan.
Ada yang menawarkan mulai dari Rp 100 juta, Rp 125 juta, hungga Rp 250 juta untuk satu uang koin 1000 kelapa sawit. Sangat luar biasa bukan?
Tapi ada yang lebih mahal dari uang koin 1000 kelapa sawit,bahkan suka dibuat kerokan dijamannya, dan uang tersebut iyalah uang koin benggol, ingin tau alasannya kenapa? Yuk simak artikel dibawah.
Baca Juga:Adegan Panas Wulan Guritno dan Jefri Nichol Dalam Film Jakarta Vs Everybody, Ada Link Nontonnya Juga Lo!Restoran Milik Ibu Mario Dandy Diserang Ulasan Negatif Netizen
BACA JUGA : Uang koin Rp 1.000 Kelapa Sawit : ‘Bisa Laku Hingga Ratusan Juta’
Penjelasan Uang Koin Benggol Menurut BI
Selain berfungsi sebagai alat bayar, ada satu uang koin Hindia Belanda yang juga dijadikan alat untuk kerokan, yaitu uang Benggol.
Kerokan merupakan cara tradisional mengobati masuk angin di kalangan masyarakat jawa.
Koin Benggol, khususnya pecahan 2 ½ cent Nederlandsch-Indie, dipakai untuk kerokan karena bentuknya yang besar dan tebal sehingga sangat nyaman.
Bagian pinggirnya pun rata sehingga tidak sakit jika koin beradu dengan kulit. Koin berbahan tembaga ini dicetak sejak 1856 – 1945 dan berlaku hingga tahun 1950an.
Dalam kurun waktu 16 tahun cetakan, koin benggol dicetak dengan jumlah yang bervariasi setiap tahunnya.
Pencetakan paling sedikit terjadi pada 1896 sejumlah 1.120.000 buah dan terbanyak pada 1945 sebanyak 200.000.000 buah.
Baca Juga:Link Download Video Viral Nesya Tik-tok, Yuk Langsung Unduh Videonya!Selain Ayah Mario Dandy Ini Deretan Pejabat Pajak Tajir
Dari cetakan-cetakan tersebut, terdapat jenis cetakan khusus pada uang benggol tahun 1902, yaitu berbahan emas dan perak dengan berat 13,5 gram dalam jumlah yang terbatas.
Uang koin benggol diterbitkan dalam dua cetakan dengan sejumlah perbedaan. Pada kelompok cetakan I huruf arab ditulis dalam dua baris, sedangkan pada kelompok cetakan II huruf arab ditulis dalam tiga baris.
Perbedaan kedua terletak pada jenis huruf arab. Pada kelompok cetakan I menggunakan huruf arab gundul, sedangkan pada kelompok cetakan II huruf arab dilengkapi dengan harokat. Perbedaan ketiga terletak pada mahkotanya.
Pada kelompok cetakan I bentuk mahkota atas lebih lebar daripada bentuk mahkota atas pada kelompok cetakan II.