Hadapi Resesi 2023, Pahami Trend Ekonomi Melalui IBF

Hadapi Resesi 2023, Pahami Trend Ekonomi Melalui IBF
0 Komentar

Cianjurekspres.net – Isu resesi menghembus belakangan ini. Akibat adanya pengetatan moneter di sejumlah negara dan konflik geopolitik sehingga terjadi fluktuasi harga komoditas hingga energi.

Resesi adalah pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif setidaknya dalam dua kuartal beruntun.

Di tengah ancaman resesi tahun ini, harga emas mengalami kenaikan terbukti pada minggu kedua Januari 2023 harga emas dunia menyentuh level tertinggi dalam 8 bulan.

Baca Juga:PLN Jalankan TJSL dengan Metode Creating Social ValueSpanduk Penolakan Kedatangan Anies Baswedan Bermunculan di Bandung, KPU Belum Mau Angkat Bicara 

Pelemahan dolar beserta pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang mengungkapkan bahwa the Fed akan tetap mengambil sikap agresif terhadap inflasi merupakan sebagai pemicu utamanya.

“Sifat emas sebagai lindung nilai mampu bertahan bahkan menunjukkan tren positif saat ekonomi memburuk,” demikian penjelasan Direktur Utama PT International Business Futures (IBF), Ernawan dalam pertemuan media di Bandung, Jumat (20/1/2023).

Menurutnya, emas sebagai produk investasi paling aman. Tahan inflasi, nilainya bahkan naik saat dollar turun dan krisis moneter.

Masih hangat diingatan harga emas melonjak saat terjadi resesi 2020 akibat krisis pandemi Covid-19. Saat benua Asia, Eropa, dan Amerika mengalami resesi, harga emas sempat memecahkan rekor setelah satu dekade lamanya, hingga menyentuh 2.072,49/troy ons pada Agustus. Sepanjangan tahun itu, logam mulia ini sudah naik 24% berkat pandemi.

“Bahkan tahun ini para analis memperkirakan harga emas global bisa melampaui US$ 2.000/troy ons,” tambahnya.

Lebih lanjut Ernawan menuturkan, emas sebagai salah satu produk dalam perdagangan berjangka komoditi tidak lepas dari lirikan para investor. Sejak isu resesi mulai terdengar, semakin banyak yang melirik Loco London Gold atau emas berjangka sebagai koleksi portfolio

0 Komentar