CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya mewaspadai bencana ikutan dari gempa, salah satunya rontokan material dari lereng-lereng.
Dwi mengkhawatirkan, pasca gempa hebat, material yang berjatuhan dari lereng bisa saja menyebabkan hambatan pada sungai sehingga membentuk onggokan seperti bendungan.
“Akibat gempa, terjadi rontokan lereng-lereng material yang membendung lembah sungai. Jika ada hujan terus menerus, air yang terbendung mendesak onggokan material longsor tadi dan emudian bendungan itu jebol, terjadilah banjir bandang,” ungkap Dwi saat konferensi pers di Pendopo, Selasa (22/11/2022)
Baca Juga:7 BPBD Daerah Merapat ke Cianjur, Bantu Pencarian dan Evakuasi Korban GempaGempa Susulan Capai 62 Kali, BMKG Imbau Warga Tetap di Luar Rumah
Menurutnya, hal tersebut sudah pernah terjadi diantaranya pada kejadian gempa di Palu, Sulawesi Utara dan pada bencana gempa di Pasaman, Sumatera Barat.
“Langkah yang mendesak itu adalah mengendalikan onggokan tanah maupun kayu yang menutupi aliran kawasan lereng atas,” tegasnya.
Selain itu, untuk langkah rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, dengan memprediksi dalam 20 tahun kedepan gempa akan kembali terjadi, maka dirinya meminta masyarakat membangun rumah dengan standar tahan gempa.
“Karena bencana terjadi di area rawan longsor. Maka kita imbau untuk membangun di tempat yang aman, tidak di pinggir lereng rawan longsor, atau di bantaran sungai,” imbaunya
Gempa yang terjadi akan berulang kurang lebih 20 tahun. Menurut dia, gempa hebat juga pernah terjadi di 2000 dan 1982. “Sebenarnya sudah 6 kali (gempa hebat) tapi periodenya lebih panjang,” kata Dwi.
Dengan begitu, BMKG akan mensurvei lokasi yang kiranya tahan guncangan. Sementara itu untuk mendeteksi lokasi rawan longsor, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi juga sudah lakukan survei.
“Karena untuk bencana longsor itu ada di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Akan segera kami sampaikan ke pemerintah daerah,” kata dia. (mg1)