CIANJUR, CIANJUREKSPRES.NET- Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi momok yang menakutkan bagi hubungan suami istri seseorang.
Kekerasan yang dimaksud bukan hanya berbentuk fisik, melainkan juga seksual hingga penggunaan kata atau kalimat yang tidak sopan.
Sebenarnya KDRT bisa dialami siapa saja, namun kebanyakan korbannya ialah perempuan.
Baca Juga:Jadi Orang Penolong, Baik atau Buruk? Cek Cirinya Disini!Prakiraan Cuaca Cianjur, 4 Oktober 2022. Siap-siap Diguyur Hujan
Sebelum mengenal ciri lelaki yang berpotensi melakukan KDRT, Komnas Perempuan pada tahun 2021 mengeluarkan jenis KDRT atau relasi personal:
1. Kekerasan terhadap istri
2. Kekerasan dalm pacaran
3. Kekerasan terhadap perempuan dan anak
4. Kekerasan mantan pacar
5. Kekerasan Mantan suami
6. Kekerasan lainnya di ranah personal
Setelah mengetahui jenis kekerasan tersebut, ada baiknya jika anda juga mengenali ciri-ciri yang berpotensi menjadi pelaku KDRT sejak dini.
1. Mengikat secara emosional
Baru beberapa minggu resmi pacaran, dia sudah mengklaim kuatnya hubungan kalian dengan kata-kata seperti, “Aku tidak pernah merasa dicintai oleh orang lain seperti kamu mencintaiku.” Pada awalnya, mungkin terdengar manis dan romantis tapi yang tidak disadari, dengan mengungkapkan kalimat semacam itu dia ingin ada keterikatan ‘eksklusif’ sehingga Anda akan terbebani untuk selalu memperhatikan dirinya.
2. Mengontrol Kehidupan
Dia selalu menginterogasi hal-hal detail tentang siapa pria yang barusan berbicara akrab dengan Anda, memaksa agar Anda minta izin setiap ingin pergi ke luar atau melakukan sesuatu, sampai mengecek semua telepon, SMS atau BBM yang masuk ke ponsel Anda.
3. Cemburu Berlebihan
Pasangan baru Anda menunjukkan sikap posesif yang ekstrem, menelepon setiap hari dan tiap menit, atau datang ke rumah secara tak terduga.
4. Isolasi
Isolasi merupakan salah satu ciri seorang penyiksa. Dia mencoba membatasi komunikasi Anda dengan teman-teman, rekan kerja bahkan keluarga sendiri. Dalam tahap yang sudah parah, dia bisa menghalangi Anda untuk sukses di dalam karier maupun hubungan sosial.
5. Ekspektasi yang tidak realistis.