Nene Eti pun akan selalu membuka kelas pelatihan untuk para petani milenial. Ia pun menambahkan, adanya digitalisasi membuat Kopi Wanoja semakin memperketat sistem quality control sehingga mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas dari rasa yang diberikan. “Bagaimana pun konsumen adalah raja, jadi kita harus memberikan yang terbaik kepada mereka hingga menjadi puas dan terus kembali lagi,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Jawa Barat, Herawanto menyebut, jika di dalam suatu daerah memiliki sektor UMKM dengan melibatkan masyarakat maka diharapkan mampu meningkatkan sistem ekonomi daerah tersebut. Sehingga hal tersebutlah yang membuat Bank Indonesia Jawa Barat selalu fokus untuk membangun ekonomi digitalisasi di wilayah tersebut.
“Digitalisasi adalah sangat penting untuk mendorong sektor ekonomi di Jawa Barat, karena harus menjadi perhatian karena menjadi segmen yang melibatkan masyarakat sangat luas. Berbicara digitalisasi baik itu saat pandemi maupun pascapandemi menjadi kunci bertahan hidup dalam konteks jangka panjang yakni daya saing,” jelas Herawanto.
Baca Juga:Ditentukan BPN, Pembebasan Lahan KCJB Tak Bisa AsalMelestarikan Kebudayaan Wayang Potehi di Bumi Pertiwi Nusantara
Herawanto mengaku bangga banyak UMKM yang belajar sangat cepat untuk proses digitalisasi, setidaknya melalui e-commerce. Kedepannya, lanjut Herawanto, setelah itu pembuatan produk hingga bahan baku menjadi digital banking service yang juga menjadi fokus kita.
“Selain kita dorong dengan QRIS, kami juga mendorong financial digital sehingga mereka bisa secara rapih untuk melihat pola mana UMKM yang sehat dan tidak untuk bisa memberikan kredit pembiayaan dari super mikro dan kur,” bebernya.
Salah satu titik penting kreativitas diakui Herawanto ada di Jawa Barat, salah satu contohnya Kopi Wanoja dari klaster kopi Arabica. “Karakteristik perkopian di Jawa Barat itu unik, karena berada di dataran atas dan itu yang selalu kita dorong,” imbuhnya. (nik)