KABUPATEN Cianjur masuk dalam urutan ke empat dalam risiko indeks bencana alam di Indonesia. Sedangkan Jawa Barat masuk dalam urutan pertama untuk sedang.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur Taufik Zuhrizal, mengatakan, Kabupaten Cianjur memiliki luas sekitar 3.614 kilometer persegi, dan masuk dalam etalase berbagai jenis bencana hidrometrologi.
“Mulai dari banjir, puting beliung, longsor, cuaca ekstrem, termasuk tsunami, karena kita punya garis pantai yang cukup panjang sejauh 75 kilomneter,” kata dia, Minggu (7/11).
Baca Juga:SPN Desak Pemkab Keluarkan Rekomendasi Kenaikan UMK 2022Tak Kunjung Dapat Perbaikan, RTLH di Cikalongkulon Ambruk
Menurut dia, tingginya risiko bencana alam, masyarakat harus bisa berdampingan dengan bencana alam, dan mengenal gejala-gejalanya sejak dini.
“Jadi masyarakat harus harmonis dengan bencana alam, atau kata lainya, living harmony with disaster. Makna harmonisasi adalah ramah terhadap alam, tidak membuang sampah sembarangan, tidak tebang pohon seenaknya, apalagi merubah fungsi lahan yang ada,” katanya.
Ia mengungkapkan, apabila warga sudah melakukan alih fungsi lahan, berarti bencana alam sudah akan mengancam wilayah tersebut.
“Kalau masyarakat sudah melalukan alih fungsi lahan, berarti sudah main-main dengan bencana alam, selain itu juga kebiasaan buruk seperti buang sampah ke sungai berisiko banjir,” ungkapnya.
Taufik mengatakan, pihaknya saat ini sudah melakukan sejumlah upaya kepada masyarakat, dalam mengedukasi mitigasi becana alam, agar pemahan tentang kebencanaan bisa meningkat.
“Mitigas bencana pemetaan kerawanan bencana dapat terdeteksi lebih dini, dan langkah penanggulangan dapat dilakukan dengan lebih cepat,” pungkasnya. (mg1/dik/sri)