HASIL kajian potensi risiko bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, menunjukkan sebanyak 350 desa di 32 kecamatan rawan bencana tanah longsor dan pergerakan tanah. Dari jumlah tersebut, 302 desa diantaranya masuk dalam kategori risiko tinggi bencana.
“Dari jumlah (350 desa,red) tersebut, sebanyak 302 desa berisiko tinggi, 13 desa berisiko sedang, dan 45 desa berisiko rendah,” ujar Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Sudrajat, Rabu (3/11).
Berdasarkan rekap bencana BPBD Cianjur kurun waktu Januari hingga September 2021, tercatat telah terjadi 79 bencana tanah longsor dan pergerakan tanah. Paling banyak terjadi pada Februari dengan 20 kejadian. Akibatnya, sebanyak 21 rumah rusak berat, 38 rumah rusak sedang, 36 rumah rusak ringan serta 280 rumah terancam.
Baca Juga:BPBD Sebut Badai La Nina Sebabkan Bencana Banjir-LongsorPuluhan Rumah Terendam Banjir Lumpur, BPBD: Hanya Urug Biasa
“Jumlah itu belum ditambah dengan Oktober, dimana terjadi sejumlah bencana pergerakan tanah dan longsor akibat curah hujan yang tinggi,” ucap Asep.
Asep mengatakan, BPBD menyiagakan sekitar 1.000 Relawan Tanggap Bencana (Retana) di seluruh kecamatan untuk memantau potensi bencana dan melakukan penanganan darurat jika terjadi bencana. Namun dia mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dengan bencana hidrometeorologi, terlebih saat ini curah hujan tinggi.
“Hingga beberapa waktu ke depan curah hujan tinggi, dan potensi bencana longsor dan pergerakan tanah akan tinggi. Masyarakat kami imbau untuk tetap waspada,” katanya. (mg1/yis/sri)