Sejak tahun 2019, terdapat 1.574 pesantren dari 27 kota/kabupaten Jabar yang telah mengikuti program OPOP. Aneka bidang usaha yang ditekuni adalah mulai dari perikanan, pertanian, perdagangan, fesyen dan konveksi, makanan dan minuman, serta jasa pelayanan. Produk-produk tersebut dikemas dengan menarik dan telah dipasarkan melalui tokon online.
Dampak inovasi dari program OPOP sendiri telah membuat peningkatan omzet unit usaha pesantren sebesar 133 persen. Transaksi penjualan dalam satu kali kegiatan temu bisnis juga meningkat sebesar Rp21.000.000. Demikian pula jumlah produk yang dihasilkan naik dari 250 menjadi 500 produk.
Jumlah pesantren yang memiliki produk juga meningkat dari 250 unit usaha pesantren menjadi 500 unit usaha. Di sisi lain, rata-rata tenaga kerja yang terserap juga meningkat menjadi empat orang.
Baca Juga:Tim Mobile Vaksin PMI Cianjur Sisir DesaAkses ke Cidaun Ditutup Akibat Tanah Longsor
Saat ini, terdapat minimal 20 pesantren yang terseleksi melaksanakan pra koperasi untuk pembentukan badan hukum koperasi tingkat provinsi.
“Program OPOP tak hanya mendorong pesantren agar punya kemandirian ekonomi, tetapi sekaligus dapat membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitar lingkungan pesantren,” ujar Ustaz Peri Risnandar pelaku OPOP dari Pesantren Daarut Tauhid.
Selain memamerkan potensi produk halal termasuk produk OPOP di industri fesyen dan dekorasi, Pemda Provinsi Jawa Barat juga memamerkan potensi wisata yang ada di Jawa Barat seperti Tangkubanparahu, dan wisata sawah berundak di Majalengka kepada calon investor yang hadir dari berbagai negara di timur tengah, seperti dari Uni Emirat Arab dan Qatar. (**/nik)