Lain kali, kalau Ever Given kandas lagi di lokasi yang sama Mesir sudah punya kapal tarik sendiri. Yang terbesar pula: 5 x 80 ton.
Tiongkok sendiri sangat berkepentingan dengan lancarnya Terusan Suez. Ekspornya ke Eropa praktis tergantung pada terusan itu. Yang di sebagian selatan lebarnya hanya 200 meter -padahal panjang kapal Ever Given 400 meter.
Kapal-kapal sebesar Ever Given akan kian banyak di masa depan –untuk menurunkan ongkos kirim. Kian besar kapal, kian murah ongkos kirim per kg.
Baca Juga:Sahabat Bumi, Alfamart Tanam 15.000 Pohon untuk IndonesiaIni Tiga Nama Hasil Akhir Seleksi Calon Sekda Cianjur
Negara yang punya barang sebanyak yang bisa memenuhi kapal sebesar Ever Given mana lagi kalau bukan Tiongkok. Ever Given sendiri hari itu berangkat dari Shenzhen, Tiongkok. Lalu mampir Tanjung Pelepas di Malaysia. Dengan tujuan akhir Amsterdam.
Kini kapal itu ditahan oleh Mesir di Danau Pahit –di pertengahan Terusan Suez. Kalau pemilik kapal sudah mau membayar Rp 14 triliun barulah kapal dilepas. Itu sebagai biaya mengambangkannya, mengganti hilangnya pendapatan Suez selama 1 minggu, dan rusaknya nama baik Mesir.
Tentu perusahaan Jepang yang harus membayar ganti rugi itu akan menawar. Juga akan menunggu uang dari asuransi.
Yang menunggu uang itu secara tidak langsung bukan hanya Mesir. Tentu juga perusahaan galangan kapal Tiongkok yang akan membangun 5 kapal tarik raksasa itu.
Bagi Tiongkok semua harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi.
Peluang lain terjadi lagi minggu lalu. Ketika Presiden Joe Biden memutuskan menarik total tentara Amerika dari Afghanistan. Amerika ingin mengakhiri sejarah perang panjang di sana.
Kekosongan itu tentu akan langsung menguntungkan Tiongkok. Apalagi Afghanistan berbatasan dengan Tiongkok. Kalau pun tidak bisa langsung transaksi dengan Afghanistan masih bisa lewat Pakistan. Pakistan adalah negara yang punya hubungan khusus dengan Afghanistan. Dan Tiongkok punya hubungan khusus dengan Pakistan. Apalagi akan ada jalan tol langsung dari Pakistan ke Tiongkok.
Pasca Covid-19 nanti semua negara akan bangkit. Pertumbuhan ekonomi semua negara akan tinggi. Tapi angka 18,3 persen itu tetap saja fantastis. (*)