“TKSK berperan sebagai penagih kepada agen, padahal tujuan dan fungsi e-Warong adalah sebagai pengimbang dari eksistensi ritel modern yang telah merusak sendi-sendi ekonomi masyarakat desa,” kata Hendra.
Dia menjekaskan, e-Warong harusnya berfungsi sebagai showroom produk ekonomi rakyat desa agar PDB negara meningkat dan kuat sehingga akan tahan dalam menghadapi krisis. Tapi nyatanya praktek program sembako nyatanya diduga hanya sebagai praktek kartel.
“Di Bojongpicung ada 24 agen e-Warong. Kami akan dorong agar jadi mandiri,” kata dia.
Terpisah, di Kecamatan Cibeber penyaluran bahan pangan menuai protes dari beberapa desa berrdasarkan aduan dari KPM. Pasalnya, KPM hanya mendapatkan beras kualitas medium 13 kilogram, telur 6 butir, kentang 1/2 kilogram, dan apel fuji 2 butir.
Kepala Desa Cibadak, Elan, mengaku kecewa bahan pangan sembako yang dikirim suplayer karena tidak sesuai keinginan KPM. Tidak seperti di wilayah lain, bahan pangan sangat lengkap. Ada beras, protein hewani seperti daging ayam ditambah telur, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran.
“Kalau di sini hanya empat item. Itu juga tidak ada ayam, cuma beras yang banyak. Beras medium 13 kilogram harganya sampai Rp160 ribu. Terlalu mahal,” kata dia.
Kepala Desa Cibokor, Elian Syahudin, juga mendapatkan keluhan dari warganya. Sebab, ada kecemburuan sosial dengan desa tetangga Desa Girimukti, Kecamatan Campaka.
“KPM di Cibokor menanyakan kenapa tidak ada daging ayam. Telur pun cuma enam butir. Sedangkan di Girimukti ada daging ayam ditambah telur. Kalau di kita KPM hanya menerima beras 13 kilogram, kentang 1/2 kilogram, apel fuji dua buah, dan telur enam butir,” tuturnya.
Kepala Desa Cihaur, M Ikhsan Kamil, akan menanyakan kepada suplayer soal bahan pangan yang diterima KPM lantaran tidak lengkap. KPM merasa bahwa saldo Rp200 ribu tersebut masih ada sisa jika mereka hanya menerima beras medium 13 kilogram, telur 6 butir, apel fuji 2 buah, dan kentang 1/2 kilogram.
“Semua kepala desa di Kecamatan Cibeber akan mendatangi suplayer supaya jelas ke mana sisanya,” kata dia.(red)
Dugaan Praktik Kartel Program Sembako/BPNT
1. Tidak memberdayakan potensi lokal.