“Sementara total yang meninggal baik ODP, PDP maupun positif sebanyak 40 orang,” katanya.
Dari sisi kasus PDP yang meninggal, Cianjur termasuk tertinggi di Jawa Barat, hingga 26,13 persen PDP meninggal. Kabupaten Bogor saja yang jumlah PDPnya di atas seribu, jumlah yang meninggal hanya 7,8 persen, Kota Bandung 3,8 persen, Kabupaten Sukabumi 8,8 persen, Kabupaten Subang 9,6 persen, Kabupaten Karawang 8,7 persen, dan daerah lainnya tidak ada yang di atas dua puluh persen. Tingginya angka kematian PDP ini juga jadi tanda tanya besar, apakah karena faktor kurangnya penanganan, kurangnya fasilitas, atau keterlambatan pertolongan, kita juga tidak tahu.
Baca Juga: Jatuh di Toilet Rumah, Warga Cianjur Jadi ODP Covid-19, Ini Kronologisnya!
“Hingga saat ini, publik dibutakan atas status PDP yang masih dalam pengawasan tersebut. Apakah mereka ini negatif semua. Jika memang negatif semua, sampaikan ke publik bahwa hasil tes swab terhadap PDP negatif semua,” paparnya.
Asto mengatakan, hasil swab ini tentu berpengaruh terhadap penanganannya, termasuk pembiayaannya akan berbeda antara yang positif dengan negatif, walaupun protokoler penanganannya sebagaimana dianjurkan oleh IDI, harus menggunakan protokoler penangana Covid-19. Tetapi setidaknya akan berpengaruh terhadap kejiwaan pasien termasuk keluarganya.
“Hingga saat ini, apakah pernah GTPP Cianjur mengumumkan hasil test swab atas PDP lalu hasilnya seperti apa. Jangankan itu, PDP yang sudah meninggal saja entah seperti apa hasil rekam medisnya. IDI sendiri sudah mempersilahkan untuk membuka pasien covid ke publik, karena memang kondisinya sudah pandemi, demi kemaslahatan dan kepentingan umum,” tandasnya.(yis/sri/*)