Cianjurekspres.net – Pandemi Covid-19 yang berdampak luas ke sektor usaha, ternyata tidak banyak dirasakan oleh pengrajin Cobek tanah liat untuk tetap berproduksi.
Salah satunya Rani Anjani (22) pengrajin Cobek dari tanah liat asal Kampung Ciluncat, RT 03/01 Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber.
Berbekal pengalamannya bersama suaminya Hendar (28) yang juga dikenal sebagai pengrajin, ia tetap memproduksi Coet yang dibandrol Rp5.000,- per cobek. Rina mengatakan, dalam satu hari dirinya bisa membuat cobek sebanyak 100 hingga 150 biji.
Baca Juga:Pertanyakan Progres Pemekaran Cisel, PMCK: Jangan Sampai Covid-19 Jadi Alasan MenghambatKondisi Jalan Mantap Disoroti Dewan, Dinas PUPR Cianjur Sebut Lampaui Target Tapi Masih Ketinggalan?
“Dalam satu hari, saya bisa membuat cobek sebanyak 150 biji,” kata Rani, saat ditemui di rumahnya, Kamis (7/5/2020).
Rani mengatakan, proses pembuatan Cobek tak membutuhkan waktu yang lama. Namun menurutnya, dibutuhkan keahlian dalam memproses bulatan hingga berbentuk Cobek tersebut.
“Sebenarnya saya tidak belajar, tapi mungkin karena profesi suami saya sebagai pembuat tungku dari tanah liat juga, akihirnya bisa sendiri,” paparnya.
Sejak dua tahun terakhir, semenjak dirinya menikah, langsung coba-coba membuat Cobek dan hingga saat ini ia pun lancar.
Rani mengatakan, untuk penjualannya sendiri biasanya ada orang atau bandar yang datang mengambilnya.
“Biasanya ada bandar yang datang, tapi mungkin karena lagi pandemi Korona pemasaran jadi sedikit terganggu,” katanya.
Kalau untuk proses pembakarannya lanjut Rina, tak lama tapi hanya memakan waktu kurang lebih 4 jam.
Baca Juga:Ini yang Dilakukan Kecamatan Cijati Cianjur untuk Kembali ke Zona HijauBawaslu Jabar Ingatkan Jangan ada Kampanye Terselubung dalam Distribusi Bansos Covid-19
“Itu pun harus benar-benar pas. Karena kalau tidak hasilnya akan pecah dan atau rusak,” katanya.
Kepala Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber Elan Hermawan mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk mencarikan solusi bagi para pengrajin baik itu Cobek, Tungku dan Bata merah dari tanah merah.
“Banyak pengrajin dari tanah liat yang ada di desa ini, namun memang terkendala dengan pemasarannya yang belum maksimal. Mudah-mudahan kedepan ini akan menjadi ikon Desa Cibadak dimana para pengrajin ini akan kita perkenalkan ke dunia luar,” tandasnya.(yis/sri/*)