CIANJUR – Omset Pedagang Kaki Lima (PKL) menurun drastis pasca ditutupnya Taman Alun-Alun Cianjur karena perbaikan yang sedang dilakukan Pemerintah Kabupaten Cianjur.
Padahal sebelum ditutup, para pedagang terlihat ramai diserbu pembeli yang berkunjung ke Taman Alun-Alun Cianjur. Namun kini para pedagang hanya dapat mengandalkan pembeli dari warga sekitar atau pejalan kaki biasa.
Seperti yang dialami salah seorang pedagang Sosis Bakar, Riki Aripin (30).Ia menceritakan omsetnya menurun drastis. Dulu, Riki bisa menjual 30 tusuk sosis bakar perharinya, sekarang yang terjual hanya kisaran 10-15 tusuk perharinya.
“Omset udah pasti turun, turun banget malah. Dulu bisa sampai tiga puluh tusuk sosis bakar yang kejual, sekarang kalau untung juga paling cuma 10-15 tusuk,” katanya kepada cianjureskpres.net, Rabu (19/2/2020).
Riki mengatakan dirinya sangat menantikan Taman Alun-Alun segera dibuka, karena itu merupakan jalan baginya untuk meraup keuntungan.
“Pengennya cepet dibuka aksesnya, karena saya sekarang cuma ngandelin pejalan kaki aja untungnya, mudah-mudahan kalau sudah dibuka juga gak berimbas ke PKL untuk dipindahkan. Karena kami berjualan disini juga tertib, soal sampah itu kan kembali ke pribadi masyarakat yang membeli,” tuturnya.
Hal senada juga diutarakan pedagang rujak buah-buahan, Hasan (28). Warga asal Selakopi, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur itu mengaku rugi. Saat masih banyak pengunjung ketika digelarnya pameran UMKM, hasil jualannya bisa sampai ia tabungkan untuk keperluan lain. Beda ceritanya dengan sekarang, untuk bisa makan sehari-hari saja sudah cukup baginya.
“Kalau waktu ramai pengunjung, saya bisa sampai nabung setiap harinya. Sekarang hasil jualan ini juga udah untung saya bisa makan sehari-hari, karena pembeli udah sepi,” cetusnya.
Sebagai kepala rumah tangga, Hasan mengkhawatirkan jika dampak dari ditutupnya Taman Alun-Alun Cianjur akan memakan waktu lama. Iapun mengaku sangat menyayangkan penutupan tersebut dikarenakan ulah warga Cianjur sendiri yang akhirnya membuat semua pihak tersalahkan.
“Saya cuma bisa berharap, penutupan dan perbaikannya tidak akan lama. Ini memang karena ulah manusia sendiri yang tidak tertib, akhirnya kan imbasnya ke semua juga, apalagi kami sebagai pedagang disebut-sebut sumber utama penyumbang sampah,kami tidak terima, karena kamipun tertib sesuai peraturan yang ada,” pungkasnya.(rid/hyt)