Riska mengatakan, total hutang masih besar. Dia berharap ada bantuan agar meringankan beban keluarga. “Sekarang lahir anak dan tentu ada biaya yang harus diperlukan untuk sehari-hari,” katanya.
Meski rumahnya panggung dan rawan roboh, namun tak masuk sebagai rumah tidak layak huni (rutilahu) penerima bantuan. Mereka juga tidak tercatat sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Padahal, ibunya termasuk kategori lansia.”Kami tak pernah dapat bantuan PKH maupun BPNT, sekarang kami terlilit hutang bang emok karena bangun rumah yang mau roboh, kami sangat berharap bantuan,” katanya.
Sekdes Rahong, Kecamatan Cilaku, Rudi Salam, mengaku kaget dengan kondisi keluarga Riska. Terlebih mendengar kabar warganya membayar biaya persalinan menggunakan uang koin. “Sebenarnya itu pasien istri, istri jadi bidan desa, setelah dirujuk ke Puskesmas sama istri selanjutnya biasa proses persalinan,” ujar Rudi.
Rudi mengatakan, setelah proses persalinan ternyata sang suami membawa sekeresek uang receh pecahan Rp 1.000.”Setelah itu saya penasaran mengecek kenapa uang receh dipakai untuk membayar, saya memeriksa bersama petugas puskesmas,” kata Rudi.
Sekdes mendapat informasi, Yanto telah lama merencanakan pembayaran dengan uang koin yang ditabung di celengan. “Setelah ditanya ternyata sudah berniat lama ia akan membayar biaya persalinan dengan uang koin,” ujar Rudi.
Rudi mengapresiasi niat sang suami, meski datang dari kalangan tak mampu namun ia sudah merencanakan biaya persalinan istrinya di fasilitas kesehatan.”Dilihat dari program memang sudah siaga walaupun keadaan ekonominya belum mampu pihak desa bangga punya warga seperti itu,” kata Rudi.(yis/hyt)