CIANJUR – Founder Next Generation Indonesia, Khemal Andreas mengaku miris dengan minimnya literasi terkait video game di Indonesia. Dampaknya, anak-anak bisa dengan bebas mengakses game dewasa tanpa pengawasan orangtua.
“Kadang-kadang orangtua membiarkan anaknya bermain game atau lihat-lihat aplikasi yang sebenarnya kalau gak dikontrol, bahaya juga. Makanya kita mengimbau agar fitur Parent Control pada setiap aplikasi diaktifkan,” tutur Khemal dalam Seminar Nasional mengusung tema “Menjadi Pendidik di Tengah Maraknya Video Game” di Universitas Putra Indonesia (UNPI) Cianjur, Senin (18/11/2019).
Khemal menjelaskan, ironisnya anak-anak di Indonesia pada usia 2-11 tahun memiliki akses yang seolah tidak terbatas terhadap video game. Meskipun tidak secara langsung, namun eksposur terhadap video game yang anak-anak mainkan akan membentuk kepribadian mereka.
Baca Juga:Inilah Program Danone-AQUA yang Raih Penghargaan dari Gubernur JabarGerakan #BijakBerplastik Sebagai Komitmen untuk Mewujudkan Indonesia Bersih
“Klasifikasi yang dibuat tim NXG tak hanya merujuk pada kandungan konten yang terdapat dalam game saja. Tetapi juga ditentukan dari jenjang pendidikan formal, dan tahap perkembangan mental anak,” katanya
Tak hanya berlaku di PC dan console, NXG juga menerapkan rating buatan mereka ke sejumlah game yang terdapat dalam platform mobile.
“Selain edukasi mengenai pentingnya klasifikasi rating sebuah game, NXG juga mengajarkan orang tua bagaimana cara mengatur perangkat game yang dimainkan anak mereka agar terhindar dari konten negatif,” ungkap Khemal.
Saat ini sudah sekitar 500 sekolah terdiri dari TK dan SD yang disosialisasikan. Khemal berharap ke depannya akan semakin lebih banyak lagi tempat dalam membantu para orang tua serta anak mengetahui pendidikan game.(rid/hyt)