Menurut Benny, kebudayaan menjadi salah alat dan benteng untuk melawan radikalisme. Karena itu, gerakan kebudayaan harus diperkuat. Tradisi-tradisi yang telah ada di masyarakat, misalnya bersih desa, selamatan, larung, dan tradisi-tradisi lain harus dihidupkan kembali.
“Itulah benteng kekuatan menghadapi radikalisme. Mereka takut kalau tradisi itu kuat,” ujarnya pula.
Ia mengatakan, budaya-budaya lokal harus ditampilkan kembali dengan cara memberi kemasan baru agar tidak terkesan kuno, sehingga menarik bagi anak-anak muda. Kreativitas seni budaya anak-anak muda yang bersifat massal harus ditampilkan.
“Pusat-pusat kebudayaan juga perlu dibangun,” katanya lagi.(ant/hyt)