SMPN 2 Juara Pembuatan Video Kesetaraan Gender

SMPN 2 Juara Pembuatan Video Kesetaraan Gender
JUARA: Kepala SMP Negeri 2 Cianjur, Tono Hartono (kiri) dan Muhammad Zaki Tasnim (Kanan) sang pembuat vedio kesetaraan gender (FOTO: JOB3/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

CIANJUR – Muhammad Zaki Tasnim, siswa kelas VIII SMPN 2 Cianjur mendapatkan juara pertama dari lomba pembuatan video setara gender, yang diadakan oleh Save the Children, pada 3 Oktober 2019 lalu.
“Jadi isi dalam video berdurasi 2 menit 38 detik tersebut mengangkat isu gender yang terjadi di sekolah. Kadang-kadang di sekolah sering terjadi pelecehan mungkin berupa fisik maupun verbal, namun yang sering terjadi adalah kekerasan berupa verbal seperti berkata kasar,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, Senin (7/10).
Pembuatan video tersebut, lanjut dia, awalnya termotivasi dari perasaannya terhadap siswa yang menjadi korban, dan timbul merasa kasihan sehingga membuat video tersebut agar orang lain dapat tersadarkan.
“Saya membuat video ini selama 3 minggu, minggu pertama foto-foto, minggu ke dua recording, dan minggu ke tiga pembuatan video,” kata Zaki.
Zaki menjelaskan, sebelumnya sebanyak 10 siswa dari SMP 2 Cianjur mengikuti kegiatan seperti biasa, di minggu ke tiga dari SMPN 2 Cianjur hanya dua orang yang ikut karena yang 2 orang sakit. Dari sekolah lain 3 orang yang tidak ikut, jadi total hanya ada 5 orang yang ikut final.
“Perasaan saya sangat senang karena bisa mendapatkan pelajaran yang banyak dan mendapat hadiah dari Save the Children, dan motivasi saya untuk teman-teman yang lain tetap fokus belajar. Tetap jadi orang yang bisa mengingatkan orang lain di saat orang lain salah,” ujarnya.
Kepala SMP Negeri 2 Cianjur, Tono Hartono, menambahkan, di SMPN 2 Cianjur memang memiliki sebuah program bagaimana cara mengantisipasi kekerasan di sekolah, yang konsen ke siswa. Dengan tujuan agar SMPN 2 Cianjur terhindar dari kekeraasn fisik atau verbal kepada siswa, dan guru.
“Tujuannya berusaha untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan, fisik dan perkataan. Kami sudah membentuk timnya, dan timnya sendiri dari siswa dan guru. Ini dalam rangka menghilangkan budaya bulying kekerasan kata,” tambahnya (job3/sri).

0 Komentar