CIANJUR – Karena keterbatasan air untuk berwudhu di masjid sekolah saat akan melaksanakan shalat dzuhur berjamaah, SMPN 1 Mande terpaksa harus mengurangi jam pelajaran selama 5 menit di setiap jam pelajarannya agar para siswa bisa mengambil air wudhu.
Kepala SMPN 1 Mande, Kasdi Ipit mengatakan, SMPN 1 Mande yang notabene sekolah pelaksana kurikulum 2013 (Kurtilas) otomatis untuk jam istriahat dua kali, untuk jam sitirahat yang ke dua bertepatan dengan shalat duhur berjamaah.
“Karena debit air berkurang dan kebutuhan air wudhu secara serentak jelas ini memakan waktu. Makanya kami mengambil kebijakan itu agar para siswa bisa melaksanakan shalat berjamaah,” katanya.
Kasdi melanjutkan, dengan pertimbangan kapasitas masjid yang memungkinkan untuk bisa melaksanakan shalat berjamaah, pihaknya melakukan koordinasi dengan bagian kurikulum untuk mengurangi setiap jam pelajaran selama per jam pelajarannya 5 menit.
“Misal kami pulang jam 14.55 Wib, berarti 5 X 8 kekurangannya. Itupun sudah disampaikan kepada pemerintah daerah, mudah-mduhan bisa membantu sekolah kami dalam pengadaan titik sumur untuk penyedian air manakala pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah yang bisa kami lakukan di istirahat yang ke-2,” ungkapnya.
Shalat berjamaah di istrahat ke dua ini, lanjut Kasdi, diupayakan siswa bisa ikut semua yang sesuai dengan visi yakni terwujudnya sekolah yang unggul dalam prestasi, serta agamis. Agamisnya berarti minimal karakter anak tumbuh dari shalat berjamaah supaya tercipta sebagai anak yang berahklak mulia.
“Manakala anak tidak shalat kami pun tidak bisa menahan anak di sekolah, takutlah kami sebagai warga sekolah menahan anak yang tidak shalat. Akhirnya solusi kami salah satunya dengan pengurangan jam pelajaran. Untuk sementara karena jumlah anak yang jumlahnya banyak terus pengendalian anak dengan jumlah tenaga pendidik yang terbatas, kami tidak mengkondisikan dengan situasi lingkungan terdekat, karena pengawasan yang luar biasa susahnya,” pungkasnya (job3/sri).