LITERASI dalam arti membaca untuk mendapatkan pesan isi bacaan dan menulis untuk mengkomunikasikan yang dipahami dari hasil membaca merupakan aktualisasi program gerakan literasi sekolah yang dilaksanakan di SMAN 2. Gerakan ini bertema Reading to Learn dengan koordinator lbu Hj Melia Rahayuni, S.Pd, M.Pd.
Pemberian tema Reading to Learn itu sendiri dicetuskan oleh penggerak literasi sebelumnya, Badriah, M.Pd. Alasan memberikan tema tersebut karena siapapun seharusnya membaca untuk belajar dan membaca menjadi ciri pembelajar sejati. Maka Reading to Learn dipilih sebagai slogan dan sapaan penyemangat. Siapapun yang mengucapkan “Salam Literasi” maka dia harus menjawab “Reading to Learn” dengan diiringi jari tangan kanan melambangkan symbol huruf R T L dalam bahasa isyarat.
Pelaksanaan literasi yang dimotori oleh Kepala SMAN 2 Cianjur yang memandang bahwa membaca dan menulis merupakan kegiatan yang dibutuhkan. Siswa dan guru tidak bisa lepas dari kedua kegiatan tersebut. Bahkan bagi guru, menulis merupakan bagian dari persyaratan kenaikan pangkat. Para guru telah mengetahui bahwa untuk naik pangkat diperlukan karya tulis ilmiah dan karya tulis ilmiah populer tentang Pendidikan. Berdasarkan kebutuhan ini, maka Kepala SMAN 2 Cianjur mendorong terus menerus agar para guru menajdi model dalam hal kegiatan literasi (membaca dan menulis).
Pada tahun ajaran 2019/2020 pelaksanaan literasi jatuh pada hari Selasa, Rabu dan Kamis. Pelaksanaan dilakukan secara masif dengan cara seluruh warga sekolah berada di lapangan dan bersama-sama membaca dan/atau saling berbagi hasil bacaan. Selasa, 23 Juli 2019 menjadi hari pertama pelaksanaan literasi masif di SMAN 2 Cianjur. Kepala SMAN 2 Cianjur, Bapak Dr. Agam Supriyanta berkenan berbagi hasil bacaan tentang menulis karya ilmiah.
Pada penjelasan pembuka, Bapak Dr Agam mengingatkan semua orang bahwa ‘suatu saat akan tiba saatnya harus menulis’. Diakui memang tidak mudah untuk menulis, namun sangat penting selain untuk mengungkapkan gagasan dan pendapatnya juga dapat mengungkapkan isi hati dan curahan jiwa seseorang. Menulis bisa saja menjadi tidak mudah karena dua faktor, yakni eksternal dan internal.