Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dewi Sartika, ‘link and match’ SMK dan perusahaan merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Dinas Pendidikan Jabar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta pihak industri/perusahaan.
Pada tahun 2018, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar juga telah melakukan pilot project kurikulum kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh ‘link and match’ di saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia.
Capacity building yang digelar bersama PT Astra International TBK pada acara ‘Capacity Building SMK Bisa: Link & Match dengan Industri Jawa Barat’ di Gedung Sate pun menjadi implementasi dalam langkah kolaborasi dan inovasi yang diarahkan Emil.
Baca Juga:Program Perbaikan Gizi Penting untuk Mencegah StuntingWagub Jabar Sebut Pesantren sebagai Pilar Akidah dan Benteng Moral Bangsa
Jawa Barat sendiri memiliki 2.950 SMK, 9,6 persen di antaranya adalah SMK negeri, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu merupakan peluang serta potensi yang sangat strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.
“Sebagian besar (SMK) dikelola swasta, sekitar 735 membuka teknik kendaraan ringan otomotif, hari ini hadir 300 guru produktif berasal dari SMK negeri dan swasta di Jawa Barat,” kata Dewi.
Sementara untuk langkah revitalisasi SMK dilakukan dari aspek kelembagaan, kurikulum, dan kerjasama. Selain itu, program magang guru juga dilakukan agar terpenuhinya guru produktif yang kompeten termasuk guru tamu dari praktisi.
“Dengan begitu sekolah vokasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Tidak cukup memiliki ijazah, tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi,” ujar Dewi.
Adapun menurut Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI M. Bakrun, link and match sekolah vokasi dan industri merupakan hal yang wajib dilakukan agar lulusan bisa diserap dengan tepat oleh perusahaan.
Selain itu, kurikulum SMK juga harus dinamis menyesuaikan perkembangan teknologi industri. “Sehingga SMK bisa menghasilkan lulusan yang kompeten baik di dunia kerja maupun untuk berwirausaha,” tutup Bakrun. (rls/sri)