Revitalisasi Lembaga Vokasi Dorong Link and Match dengan Dunia Usaha dan Industri

Revitalisasi Lembaga Vokasi Dorong Link and Match dengan Dunia Usaha dan Industri
ACARA: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghadiri acara 'Capacity Building SMK Bisa: Link & Match dengan Industri Jawa Barat' di Gedung Sate Kota Bandung, Kamis (29/8) (FOTO: IST)
0 Komentar

BANDUNG — Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5 persen selanjutnya harus diimbangi dengan reformasi struktural, pemanfaatan demografi dan teknologi, serta peningkatan daya saing ekonomi. 

Indonesia juga diprediksi menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036 dan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kelima di 2045–di mana penduduk usia produktif mencapai 41 persen.

Untuk menyongsong itu, Sumber Daya Manusia (SDM) pun harus disiapkan dengan baik, termasuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berhadapan langsung dengan dunia industri.

Baca Juga:Program Perbaikan Gizi Penting untuk Mencegah StuntingWagub Jabar Sebut Pesantren sebagai Pilar Akidah dan Benteng Moral Bangsa

“Jika Indonesia dan Jawa Barat ingin menjadi hebat, harus memenuhi tiga syarat yaitu pertumbuhan ekonomi dijaga pada angka minimal 5 persen, demokrasi kondusif, dan milenial atau Gen Z yang kompetitif,” kata Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil di Gedung Sate Kota Bandung, Kamis (29/8).

Hadir di acara ‘Capacity Building SMK Bisa: Link & Match dengan Industri Jawa Barat’ yang juga dihadiri para kepala sekolah dan guru, Emil –sapaan Ridwan Kamil– berujar mengembangkan dan merevitalisasi pendidikan vokasi atau SMK merupakan salah satu upaya menyiapkan SDM Jabar yang berkualitas. Hal itu juga sesuai dengan arahan presiden bahwa fokus pembangunan di 2019 adalah peningkatan kualitas SDM utamanya melalui vokasi.

Tujuan revitalisasi lembaga vokasi adalah kecocokan alias link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), misalnya dengan mendorong jurusan yang menjadi tren seperti jurusan kopi dan animasi, fokus kepada praktek, serta mendorong fleksibilitas sekolah dalam menyusun kurikulum bersama DUDI.

Terkait banyaknya jumlah pengangguran yang disumbang SMK, Emil mengatakan masalah tersebut dipengaruhi empat hal yakni laju ekonomi yang melambat, lulusan tidak punya fighting spirit, kurikulum tidak up to date, serta tidak adanya hubungan baik dengan industri.

Maka, tambah Emil, diperlukan upaya bersama untuk menghadirkan iklim investasi yang baik agar industri terus tumbuh sekaligus membangun keselarasan antara kurikulum sekolah dan industri.

Tak lupa, diperlukan juga pendidikan karakter untuk membentuk lulusan yang punya spirit berjuang sesuai cetak biru generasi unggul Jabar Masagi. “Hari ini kita ingin semangat baru, kita buktikan 2045 negara Indonesia jadi adidaya,” ujar Emil.

0 Komentar