CIANJUR – Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Mamad Nano menyebutkan tingkat kesadaran petani untuk mengikuti asuransi pertanian masih rendah, padahal asuransi tersebut akan menjamin lahannya terutama saat terjadi gagal panen.
Menurutnya, saat ini tercatat ada 296 ribu petani di Kabupaten Cianjur, terdiri dari 125 ribu petani pemilik, 72 ribu petani penggarap, dan 99 ribu buruh tani. Namun hanya sedikit dari mereka yang mendaftar dalam asuransi pertanian.
“Memang sulit menyadarkan pada mereka pentingnya untuk mengansuransikan lahan, padahal nantinya dijamin sejak awal musim tanam hingga panen,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, saat ditemui di ruangannya, Senin (17/6).
Dia mengatakan, asuransi tersebut tidak berlaku sepanjang tahun melainkan berlaku setiap musim tanam. Nilai yang harus dikeluarkan pun tidak besar, yakni Rp 36 ribu per hektarnya untuk sekali asuransi.
Jika terjadi gagal panen, baik akibat serangan hama, kekeringan, ataupun kebanjiran, maka akan diganti senilai Rp 6 juta. Sehingga petani tidak akan mengalami kerugian jika mengalami gagal panen.
“Tetap saja banyak yang tidak mau mengansuransikan, sedangkan pemerintah tidak memilki anggaran yang cukup untuk menanggung asuransi seluruh petani,” kata dia.
Meski begitu, lanjut Mamad, pihaknya terus berupaya untuk mengimbau para petani mengansurasikan lahannya, sebagai salah satu solusi menghadapi musim kemarau. Mengingat kekeringan yang berkepanjangan berpotensi membuat petani mengalami gagal panen.
“Kalau tidak mengikuti asuransi pun dari dinas ada tim khusus yang memberikan bantuan jika terjadi serangan hama atau kerusakan kecil, tapi itu sifatnya hanya bantuan kecil. Sedangkan kalau sampai gagal panen bisa ditangani oleh asuransi,” kata dia.(bay/sri)