CIANJUR – Ruas jalan penghubung empat desa di Kecamatan Agrabinta belum pernah mendapatkan perbaikan sejal 1982. Dari empat desa yang terisolir itu, di antaranya Desa Mulyasari, Bunisari, Karangsari dan Neglasari.
Kepala Desa Neglasari, Nasihin, mengaku pascadilakukan pemekaran pada 1982 yang sebelumnya masih menyatu dengan Desa Karangsari dan setelah mekar menjadi Desa Neglasari, jalan tersebut belum pernah diperbaiki.
“Ini bukan cerita saja, tapi bisa lihat langsung ke lokasi, jalan sepanjang 59 kilometer Desa Neglasari masih berlumpur dan tidak sedikitpun yang sudah diaspal apalagi dibeton,” terang dia kepada Cianjur Ekspres, Selasa (26/3).
Nasihin atau yang biasa disapa Geheng itu mengatakan, selain jalan yang masih berlumpur juga terdapat beberapa lintasan Sungai Ciakar (Gonggang), Sungai Jami Laer, Sungai Cigeumeu, dan Sungai Cikahuripan, hingga saat ini tidak ada jembatan.
“Dari lima sungai tersebut, hanya Sungai Jamilaer yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sungai itu menjadi perlintasa utama meski tidak ada jembatan,” kata dia.
Sungai Jamilaer merupakan mobilitas warga yang paling banyak dilalui warga sekitar. Mulai dari warga yang belanja kebutuhan sehari-hari, juga anak-anak sekolah pun melintasi Sungai Jamilaer,” ujarnya.
Menurutnya, jika musim hujan turun warga tidak berani untuk menyebrangi Sungai Jamilaer tersebut. Pasalnya arus sungai menjadi sangat besar.
“Yang saya prihatin itu ketika hujan turun, anak-anak yang ingin pergi ke sekolah baik itu SD, SMP dan SMA terpaksa tidak bisa sekolah. Masih mending kalau aliran air itu bisa surut dalam satu hari, kadang bisa nyampe satu minggu baru bisa surut,” katanya.
Saat ini memang ada jembatan yang bisa dilalui masyarakat, akan tetapi terbuat dari bambu dengan dikerjakan secara swadaya masyarakat. “Kalau jembatan dari bambu itu kan sudah jelas kekuatannya seperti apa? Sudah begitu dalam kurun waktu setahun sekali harus diganti karena keropos,” ujarnya.
Geheng berharap sekali pihak pemerintah daerah, provinsi, dan pusat agar bisa memberikan bantuan untuk dibuatkan jembatan penyebrangan. “Kami sering menanyakan ke pemkab seperti ke Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur. Tapi jawaban hanya iya ke iya saja. Sedangkan realisasinya hingga saat ini tak kunjung tiba,” terangnya.(yis/red)