CIANJUR – Salah satu koleksi bunga bangkai (Amorphophallus titanum Becc) di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas kembali mekar pada Senin dini hari, 4 Maret 2019 dengan tinggi 281 cmr dan lebar sepata 124,4 cm.
Sebelumnya, kuncup bunga pertama di amati muncul di akhir bulan Januari 2019. Perkembangan bunga terus di amati hingga Minggu sore 3 Maret 2019 yang telah mencapai tinggi 276 cm dengan lebar keliling 112,4 cm.
Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI Destri, mengatakan, berdasarkan data pemantauan Kebun Raya Cibodas. Jumlah individu koleksi bunga bangkai berjumlah 14 spesimen, satu diantaranya merupakan induk yang didapat dari hasil kegiatan eksplorasi di Sungai Mam Kawasan Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat (TNKS), Sumatera Barat pada tahun 2000, sedangkan 13 individu koleksi lainnya berasal dari biji pohon induk.
“Memerlukan waktu relatif lama yaitu 4 tahun untuk satu kali pembungaan karena memiliki 3 fase siklus hidup yang terdiri dan’ vegetatif, dorman dan generatif,” ungkapnya, Selasa (5/3) saat ditemui diareal Kebun Raya Cibodas.
Menurutnya, keberadaan jenis bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas sangat penting bagi upaya pelestarian, penelitian dan pengetahuan masyarakat luas.
“Kita berupaya untuk menjaga kelestarian jenis Amorphophallus Titanum Becc ini, dengan begitu diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi masyarakat luas,” katanya.
Menurutnya kelestarian Amorphophallus Titanum mulai terancam sehingga dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan termasuk tumbuhan langka di lndonesia.
“Jenis Amorohophallus Titanium ini dalam dalam perawatannya pun memerlukan penyerbukan silang untuk membentuk biji, karena saat masak bunga betina dan jantan tidak sama, sedangkan bunga betina dan bunga jantan masak,” terangnya.
Dikatakan Destri, penyerbukan hanya dilakukan dalam satu malam. Jarangnya tumbuhan ini berbunga dan semakin jarangnya tumbuhan ini ditemukan di alam, menyebabkan kesempatan bunga ini untuk melakukan penyerbukan semakin kecil.
“Kelestarian tanaman ini dengan demikian memerlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat, misalnya kultur jaringan dan diikuti reintroduksi di alam,” tandasnya.(yis/sri)