CIANJUR – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Gaib akan mengadukan pelayanan Puskesmas Cugenang yang dianggap tidak responsif. Bahkan cenderung mengabaikan kondisi darurat saat warga membutuhkan bantuan pelayanan.
“Kita akan adukan pelayanan Puskesmas Cugenang yang buruk ini kepada Pemkab Cianjur. Ini sudah tidak mencerminkan sebagai pelayan masyarakat. Apa mereka tidak bisa membedakan mana yang membutuhkan penanganan darurat dan mana yang biasa. Ini masyarakat benar-benar membutuhkan bantuan, sepertinya dianggap santai saja,” kata Bagian Pengaduan Masyarakat dan Litbang LBH Gaib Saeful Anwar.
Pihaknya merasa heran, awalnya pihak petugas Puskesmas menyebut kalau kunci ambulans dibawa sopir ke Bandung. Tapi setelah datang sejumlah warga dengan emosi, baru kunci ambulans tersebut diberikan. “Ini masalahnya apa, ini urusan nyawa orang. Telat sedikit mendapatkan penanganan bisa lain akibatnya, itu terbukti meski sudah takdir, korban akhirnya meninggal,” tegasnya.
Melihat pelayanan yang buruk tersebut, pihaknya meminta ke Pemkab Cianjur melalui Dinas Kesehatan untuk mencabut akreditasi Puskesmas Cugenang. “Buat apa akreditasi puskesmas, cabut saja itu. Toh pelayanannya juga buruk seperti ini,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga sempat akan mengamuk di Puskesmas Cugenang, gara-gara layanan ambulance di Puskesmas tersebut yang tidak responsif. Untung aksi warga tersebut bisa dicegah, sehingga tidak sempat terjadi perusakan fasilitas puskesmas.
Informasi yang berhasil dihimpun Cianjur Ekspres menyebutkan, aksi warga tersebut bermula saat Abdul Kadir (45) warga Kampung Mangunkerta RT 02/RW 03, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, hendak meminjam ambulance untuk membawa anaknya Siti Napisah Amisah (14) yang sedang sakit ke rumah sakit. Namun dari petugas jaga dibilang kunci ambulance tidak ada.
“Sekitar pukul 04.00 Wib pagi, anak saya mengeluhkan sakit dibagian perut. Dan waktu itu saya ingin membawa anak saya ke RSUD Sayang Cianjur, namun waktu masih sangat pagi, saya pun bergegas ke Puskesmas niat mau pinjam mobil Ambulance. Tapi keterangan dari petugas jaga waktu itu menyebutkan bahwa semua kunci ambulance dibawa sopirnya ke Bandung,” kata Abdul Kadir.
Karena tak juga ada mobil ambulance, ia mendatangi dokter Puskesmas yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya untuk memeriksa kondisi almarhumah Siti Napisah Amisah. “Berdasarkan hasil pemeriksaan dari dokter Puskesmas, anak saya meninggal kurang lebih pukul 5.30 Wib. Sedangkan kalau saya perhatikan anak saya (alm Siti Napisah Asimah) dari pukul 06.00 Wib hingga pukul 08.00 Wib belum ada tanda-tanda meninggal (kaku),” katanya.