DBD Mengamuk, Dua Warga Meninggal Dunia

0 Komentar

CIANJUR – Puluhan warga Cianjur terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) bahkan beberapa di antaranya hingga meninggal dunia, akibat gigitan nyamuk Aedes Aegipty tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Neneng Efa Fatimah mengatakan, ada dua orang yang meninggal akibat DBD. Dua orang tersebut masing-masing berasal dari Desa Sukamahi, Kecamatan Sukaresmi dan Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur.
“Selama bulan Januari dilaporkan jumlah korban DBD sebanyak 90 orang. Dua di antara korban meninggal dunia,” kata Efa kepada wartawan, belum lama ini.
Namun, kata Efa, Pemkab Cianjur belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB). Alasannya, jumlah kasus DBD selama Januari 2019 tidak mencapai dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Karena (jumlah kasus) belum ada dua kali lipat dari tahun kemarin, jadi masih siaga. Selama Desember 2018 terdapat 60 kasus DBD. Mulai terpantau ada peningkatan sejak Agustus,” tuturnya.
Berbagai upaya sudah dilakukan Dinkes Kabupaten Cianjur menangkal makin merebaknya wabah DBD. Di antaranya menyebarkan surat ke semua puskesmas agar lebih memperhatikan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan melaksanakan 3M plus (Menguras, Menutup, Memantau dan Menimbun).
“Di setiap rumah juga biasakan menebar larvasida (abate) dengan menaburkannya ke bak-bak air,” tuturnya.
Upaya lain menangkal berkembangbiaknya jentik bisa dilakukan dengan menanam tanaman pencegah nyamuk. Misalnya tanaman pohon salam.
“Ada lima jenis tanaman yang bisa mencegah datangnya nyamuk. Itu bisa dimanfaatkan,” tandasnya.
Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengaku sudah memerintahkan Dinkes dan semua puskesmas agar mengintensifkan sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Kondisi itu tak terlepas masih ditemukannya kebiasaan masyarakat yang membiarkan genangan-genangan air.
“Masih ada masyarakat yang awam. Karena itu Dinkes dan puskesmas harus lebih menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat. Tadi hasil pemantauan di lapangan, ada di rumah warga tersimpan sepatu yang digenangi air. Ternyata itu jadi sumber berkembangbiaknya jentik nyamuk,” jelas Herman.
Herman berharap dengan intensifnya sosialisasi menjaga kebersihan lingkungan, maka ke depan berbagai potensi ancaman penyakit bisa ditangkal lebih dini. Minimalnya mereka bisa menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

0 Komentar