CIANJUR – Untuk mencegah terjadinya prostitusi terselubung, Ketua RT 01/12, Desa Palasari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur terpaksa harus memasang spanduk bertuliskan “Jablay dilarang masuk !!! di wilayahnya. Hal itu dilakukan karena banyaknya laporan dari masyarakat terkait banyaknya warga pendatang yang tinggal di kos-kosan diduga melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, spanduk yang dipasang di atas jalan desa bertuliskan “Jablay dilarang masuk !!! melakukan perjudian dan penggunaan narkoba di Kampung Tegallega RT 1,2 dan RT 3 RW 12 Desa Palasari Kecamatan Cipanas” mendapatkan banyak tanggapan.
Rata-rata masyarakat sudah kesal atas ulah segelintir oknum yang diduga melakukan tindakan asusila. Mereka setuju adanya pemasangan spanduk untuk mengingatkan kepada warga terutama mereka yang tinggal di kos-kosan.
“Sebetulnya bukan di ke RTan ini saja, tapi mencakup di 3 ke RTan yakni di RW 12,” kata Didi Supriadi Ketua RT 01/12 saat ditemui dirumahnya, di Kampung Tegallega, Kamis (17/1).
Didi mengatakan, tujuan dipasangnya spanduk tersebut untuk mencegah terjadinya prostitusi khususnya di wilayah ke RWan 12.
“Kalau ditanya aktifitas prostitusi, sebenarnya tidak ada. Tapi mereka (jablay) itu kebanyakan ngontraknya di sekitaran kampung sini,” katanya.
Selain itu lanjut Didi, dengan dipasangnya spanduk larangan masuk bagi jablay di gapura masuk ke perkampungan ini diharapkan mereka tidak lagi tinggal di Kampung Tegallega.
“Selaku ketua RT pihaknya merasa bertanggungjawab untuk kenyamanan warganya, karena tak sedikit warga yang melapor bahwa di kampung ini sudah terkenal dengan kampung tempat tinggal Jablay,” ujarnya.
Adapun inisiatif pemasangan spanduk tersebut berdasarkan keinginan dari warga. “Kalau saya sendiri yang memasang spanduk itu jujur saya tidak berani, tapi karena atas dasar permintaan dan dukungan dari warga saya sebagai ketua RT sangat mendukung,” terangnya.
Didi mengatakan, saat ini di Kampung Tegallega ada 6 rumah yang dijadikan tempat kos-kosan, namun penghuninya kebanyakan perempuan yang single dan kalau setiap malam biasa dijemput dan pulang pagi.
“Saat ini saja ada lagi yang membangun kos-kosan malah lebih besar dan jumlah kamarnya lebih dari 10 kamar. Saya sih lebih berharap mereka yang akan mengontrak di sekitaran kampung ini sebaiknya yang sudah berkeluarga,” tandasnya. (yis/sri)