Terkait bencana longsor yang semakin banyak terjadi, BPBD Cianjur mengatakan, bahwa pada 1 November- 31 November ditetapkan sebagai siaga banjir dan longsor. “Suratnya siap diedarkan, sudah ada surat peringatan dari BMKG juga. Cianjur pun akan menghadapi siklus tahunan banjir dan longsor,” ujar dia.
Sementara itu, berdasarkan data BPBD Cianjur, sampai saat ini tercatat ada 9 kecamatan yang dilanda banjir, puting beliung, dan longsor. Dengan kata lain, Cianjur sudah dilanda 3 dari 9 kategori bencana yang ada. Titik bencana tersebar di seluruh wilayah.
Dia menjelaskan, banjir dan longsor sudah melanda Kecamatan Leles, Agrabinta, Sukaresmi, Cikadu, dan Cijati. Kemudian, puting beliung terjadi di Cipanas. Disusul dengan terjadinya pergerakan tanah di empat titik di Bojongpicung dan Cikalong.
Menghadapi musim bencana, Sugeng mengaku BPBD terus melakukan tindakan antisipasi dan pencegahan. Salah satunya dengan menyiagakan desa tanggap bencana.
“Ada 12 desa tanggap bencana dari total 343 desa. Kami bekali relawan di setiap desa terkait kebencanaan, tercatat ada sekitar 360 relawan,” ujar dia.
Menurut dia, sosialisasi pencegahan dan antisipasi bencana dilakukandengan pembersihan serta penanaman pohon keras. Upaya tersebut, berguna untuk antisipasi terjadinya banjir dan longsor.
BPBD juga menindaklanjuti kebencanaan dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonsiliasi. Salah satunya melaui program Jitu Pasna atau pengkajian pasca bencana. Program itu benar-benar dimaksimalkan untuk proses penghitungan kerugian pasca bencana.
Nantinya, Jitu Pasna akan jadi rujukan penghitungan kerugian dan pemberian bantuan pada korban. “Supaya tidak terjadi tumpang tindih bantuan. Semua harus tepat sasaran,” ucapnya.(bay/red)