Ikan Jangari Mati Mendadak, Diduga Akibat Buangan Limbah.

Ikan Jangari Mati Mendadak, Diduga Akibat Buangan Limbah.
PEMBERSIHAN IKAN: Seorang petani ikan KJA Jangari tengah membersihkan kolamnya dari ikan yang mati secara mandadak. (AYI SOPIANDI/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

 
CIANJUR, cianjurekspres.net – Beberapa ton ikan di kolam jaring apung (KJA) Waduk Cirata, Kecamatan Mande, mati mendadak, kemarin (5/8). Kuat dugaan, air waduk telah tercemari limbah berbahaya dari pabrik garmen dan pembuangan kotoran sapi dari peternakan.
Ece, 35, pemilik KJA mengaku mengalami kerugian sebesar Rp 12 juta. Menurutnya, 2 bulan ke belakang dirinya menanam benih ikan mas dan ikan nila sebanyak 1,5 kwintal dengan estimasi masa panen akan menghasilkan bobot ikan seberat 1,5 ton. Tak hanya itu saja, kerugian yang dialaminya itu juga berupa pakan ikan yang harus dibayarnya sebanyak 2 ton dengan kisaran biaya sebesar Rp 8 juta.
“Kalau ditotal jumlahnya, saya mengalami kerugian sekitaran Rp 20 jutaan, sudah termasuk pakan ikan,” ungkap Ece kepada Cianjur Ekspres saat ditemui di kolamnya di Kampung Salam, Jangari, Minggu (5/8).
Ece mengatakan, ada beberapa faktor akibat matinya ikan-ikan di Jangari. Seperti adanya angin kencang dari selatan, ditambah dengan adanya buangan limbah dari peternakan sapi dan perusahaan garmen yang tak jauh dari hulu sungai yang mengalir ke genangan Waduk Jangari.
“Biasanya memang ada masa ikan pada mati, tapi itu biasanya di bulan 10 dan 11 dalam setiap tahunnya. Sedangkan sekarang baru saja menginjak bulan delapan hampir semua ikan di kolam jaring apung pada mati,” kata dia.
Menurutnya, saat ini pasokan air di Waduk Cirata kondisinya sedang mengalami surut. Ditambah lagi ada pembuangan limbah yang masuk ke Waduk Jangari dan datang angin dari selatan. Maka secara otomatis zat-zat yang berbahaya kembali meluap ke atas permukaan air dan menyebabkan ikan mengalami mati massal.
“Saya harap pemerintah khususnya, dinas perikanan baik itu daerah dan pusat agar segera mengambil tindakan. Kalau mau ngitung kerugian saya mengalami kerugian Rp 20 jutaan lebih, tapi mereka (petani) yang kolamnya banyak bisa mencapai ratusan juta,” ujarnya. (mg2/red)

0 Komentar