Antisipasi Kekeringan, Petani Bisa Mengganti Pola Tanam

Antisipasi Kekeringan, Petani Bisa Mengganti Pola Tanam
LAHAN KRITIS: Petugas dari Kecamatan Cibeber saat melihat lokasi kekeringan yang melanda ratusan hektar sawah di Desa Girimulya, Kecamatan Cibeber, Cianjur. (DOK/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

 
CIANJUR, cianjurekspres.net – Dinas Pertanian, Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPPTPH) Kabupaten Cianjur berharap, musim kemarau tahun ini tak akan berdampak signifikan terhadap produksi padi. Pasalnya, berbagai upaya antisipasi terus dilakukan, salah satunya dengan meminta petani mengganti pola tanam.
“Insya Allah, mudah-mudahan tidak akan terlalu berdampak besar terhadap produksi padi di Kabupaten Cianjur,” kata Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Mamad Nano, kepada wartawan belum lama ini.
Target produksi padi tahun ini di Kabupaten Cianjur sebesar 861 ribu ton gabah kering giling (GKG). Dimana luasan lahan tanaman padi tersebar di sejumlah wilayah yang menjadi sentra produksi padi.
“Selama 2017 produksi padi mengalami surplus mencapai 527.000 ton di lahan seluas lebih kurang 102.000 hektare. Produksinya melebihi target sebesar 107 persen, mudah-mudahan musim kemarau saat ini tidak berkepanjangan,” ujar Nano.
Memasuki musim kemarau tahun ini, lanjut Nano, Dinas Pertanian Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur belum menerima laporan terjadinya kekeringan di lahan persawahan secara luas. Ia mengaku dari awal sudah melakukan berbagai upaya antisipasi menghadapi musim kemarau.
“Sudah kita bahas khusus dengan seluruh personel, terutama PPL (petugas penyuluh lapangan) maupun membuat surat edaran, untuk melakukan berbagai upaya mengantisipasi musim kemarau berkepanjangan,” kata dia.
Upaya antisipasi teknis lainnya, lanjut dia, dengan menganjurkan kepada para petani untuk mengubah pola tanam. Jika biasanya para petani menanam padi, maka dalam kondisi kemarau seperti sekarang harus diganti menanam komoditas palawija atau komoditas lainnya yang sesuai dengan agroklimat setempat.
“Mereka (para petani) harus bisa menyesuaikan komoditas yang akan ditanam. Kalau tanaman palawija kan tidak terlalu memerlukan banyak pasokan air, dan itu menjadi alternatif bagi para petani,” tutur Nano.
Ancaman lain yang cukup menghantui para petani bersamaan musim kemarau yakni serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Nano sudah memerintahkan PPL dan Petugas OPT agar mengintensifkan monitoring lapangan.
“Terutama ancaman serangan hama endemik. Hasil di lapangan harus dilaporkan secara periodik ke dinas, dan kita akan melakukan tindakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut,” pungkasnya. (bay/yhi)

0 Komentar