37,5 Kilometer Jalan Desa Neglasari Masih Tanah Merah

37,5 Kilometer Jalan Desa Neglasari Masih Tanah Merah
TERISOLIR: Seorang petani telihat kesulitan saat hendak mengirimkan hasil kebunnya, karena jalan sepanjang 5 kilometer di Kampung Neglasari, Desa Neglasari, Kecamatan Agrabinta masih tanah merah. (ISTIMEWA)
0 Komentar

CIANJUR, cianjurekspres.net – Jalan sepanjang 37,5 kilometer di Desa Neglasari Kecamatan Agrabinta masih dalam kondisi tanah merah. Akibatnya, ribuan warga terisolir dan berdampak pada mahalnya kebutuhan pokok.
Kepala Desa Neglasari, Nasihin, mengatakan, luas wilayah desanya ada 1.532 hektar dengan panjang jalan secara keseluruhan 49 kilometer. Dari total pajang jalan tersebut hanya 10 kilometer jalan pengkerasan atau aspal, dan 1,5 kilometer rambat beton.
“Sisanya 37,5 kilometer masih tanah merah,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, kemarin (30/5).
Kondisi itu, kata dia, sudah berangsur selama puluhan tahun dan tak pernah ada perbaikan, sehingga menyulitkan warga untuk melakukan aktivitas. Nasihin menjelaskan, jumlah warga di desanya ada sekitar 4.200 jiwa dan mayoritas petani atau buruh tani.
“Kebanyakan buruh tani. Kodisi jalan rusak parah menyulitkan mereka untuk mendistribusikan barang hasil bumi, dan terisolir,” ungkapnya.
Contohnya, lanjut dia menerangkan, di Kampung Neglasari mayoritas warganya bergantung pada pertanian dan perkebunan. Namun, jalan sepanjang 5 kilometer di kampung itu, kata Nasihin, masih tanah merah. Jika musim hujan, mereka tidak bisa mendistribusikan hasil tani dan kebun.
“Pada akhirnya banyak petani yang merugi. Harga jual dari hasil perkebunan atau pertanian pun turun,” jelasnya.
Oleh karenanya, kata Nasihin, angka kemiskinan di desanya masih tinggi. Sebab, akses kesehatan dan pendidikan pun menjadi sulit lantaran hampir 80 persen kondisi jalan masih tanah merah.
“Bagaimana warga bisa sejahtera jika kondisi jalannya masih tanah merah. Kalau hujan deras, jalan-jalan di Desa Neglasari tidak bisa diakses kendaraan bermotor, kecuali kendaraan khusus di jalur tanah,” bebernya.
Tatang RM, tokoh masyarakat sekitar, menuturkan, pengusulan perbaikan sudah sering diajukan. Namun, hingga kini tak ada respon yang baik dari pemerntah.
“Warga di sini seperti diasingkan. Seperti belum merdeka. Sembako mahal, jalan-jalan rusak parah, akses pendidikan pun sulit,” tuturnya.(red)

0 Komentar