Memancing Ikan Nila Badot di Tengah Keramaian Lokalisasi Apung

Memancing Ikan Nila Badot di Tengah Keramaian Lokalisasi Apung
MEMANCING: Seorang pemancing menunjukan hasil tangkapan ikan nila badot.(ISTIMEWA)
0 Komentar

Umpan untuk jenis ikan ini (nila, red) sendiri tergolong mudah didapat dan hemat. Ya, hanya menggunakan lumut atau biasa disebut lukut, begitu kata para pemancing.
Matahari mulai tampak menyinari air di Lapak Dongdot dari timur. Abung mulai melemparkan umpan satu per satu dari jorannya. Suasana masih hening. Abung beserta rombongannya masih konsentrasi.
Tak lama kemudian, strike! Umpan Abung disambar ikan. Terlihat tarikan ikannya sangat kencang. Mungkin ikan nila badot yang menyambar umpannya. Rombongannya pun silih sorak. Suasana di rakit pun mulai bergemuruh bak suporter bola yang menyemangati jagoannya.
“Aah..!” suara Abung terdengar keras. Tali pancingnya putus. Beban tarikan ikan terlalu besar. “Hahahaha…puas!” suara tawa dan teriakan dari rombongannya saat mengungkapkan kekecewaannya.
Namun, tak lama kemudian. Suara tawa rombongannya dibungkam. Abung kembali mendapatkan strike. Kali ini, ikan yang menyambar umpannya sangat besar. Sorakan [un kembali bergemuruh. Abung dengan sangat hati-hati memainkan jorannya. Dan beberapa menit kemudian ikan berhasil diangkat.
Tapi sayang, bukan nila badot yang berhasil diangkat, melainkan ikan mas jumbo. “Aneh, ikan mas kok makan lukut. Tapi enggak apa-apa yang penting dapat ikan,” kata Abung.
Namun, di antara rombongan pemancing lainnya, banyak yang mendapatkan ikan nila badot. Suasana di rakit sabelas atau dongdot pun sangat ramai.
Akan tetapi, keramaian bukan ada di dalam rakit saja. Ada yang unik. Di lokasi itu, tepatnya di seberang rakit dongdot ada sebuah tempat lokalisasi yang tak wajar.
Biasanya, tempat lokalisasi berada di pusat keramaian kota atau tempat wisata. Namun di sana, berada di tempat keramaian kolam jaring apung (KJA) dan spot mancing. Tempatnya mirip dengan KJA.
Entah bagaimana ceritanya, sehingga ada tempat lokalisasi di atas air. Namun, menurut Aep, 52, salah satu penjual makanan dan minuman di atas tongkang (perahu kecil), mengatakan, tempat itu memang sering ramai dikunjungi npara pria hidung belang.
Bahkan, ada saja para pemancing yang iseng berkunjung ke tempat tersebut. “Dulunya sih ada di nusa (pulau kecil) Kampung Genuk. Tapi sekitar tahun 2001, tempat itu dibakar oleh ormas Islam jadi pindah ke tengah (di atas air),” ungkapnya.

0 Komentar