CIANJUREKSPRES.COM— Barisan Nahdliyin Muda (BNM) kembali menegaskan sikap tegasnya dengan meminta Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), untuk mundur dari jabatannya. Desakan ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum BNM, Gangga Listiawan, yang menilai bahwa polemik dugaan kedekatan Gus Yahya dengan pihak-pihak yang diasosiasikan dengan kelompok pro-Zionis telah menimbulkan kegaduhan dan kekecewaan di akar rumput Nahdliyin.
Gangga Listiawan menegaskan bahwa sikap BNM ini bukan tindakan sporadis, melainkan berdiri di atas pertimbangan moral, khidmah terhadap NU, serta selaras dengan arahan dan tuntunan Rais Aam yang menekankan pentingnya menjaga kemurnian sikap organisasi terhadap isu-isu kemanusiaan internasional.
“Kami tidak bergerak sendiri. BNM berdiri di garis yang jelas: mengikuti perintah moral Rois Aam bahwa NU harus selalu berada di barisan mustadh’afin, barisan kemanusiaan, dan tidak boleh bersinggungan dengan pihak mana pun yang dipersepsikan mendukung proyek penjajahan. Atas dasar itu, kami menuntut Gus Yahya untuk mundur demi menjaga marwah NU,” tegas Gangga.
Baca Juga:Sinopsis Film Legenda Kelam Malin KundangAndrew Jung Akui Laga Berat, tetapi Bangga Atas Kemenangan Persib
Ia menambahkan bahwa arahan Rais Aam tersebut menjadi pedoman bagi seluruh Nahdliyin muda untuk menjaga NU dari segala bentuk kontroversi yang mencederai reputasi jam’iyah.
“Rois Aam sudah memberikan garis yang jelas: NU tidak boleh terkooptasi oleh agenda siapa pun yang melukai nurani umat. Ketika ada polemik yang membawa dampak besar, maka yang harus dilakukan adalah membersihkan struktur, bukan membiarkan luka semakin dalam,” ujarnya.
Gangga menyebut bahwa BNM menerima banyak aspirasi dari kader muda NU di berbagai daerah yang merasa gelisah dan kecewa terhadap berbagai pemberitaan yang berkembang. Menurutnya, desakan untuk mundur bukanlah serangan personal, tetapi bentuk kecintaan terhadap NU agar tetap berada pada rel perjuangan dan nilai Aswaja.
“Langkah ini adalah seruan moral. Jika PBNU ingin tetap menjadi benteng moral bangsa, maka pimpinannya harus bebas dari polemik yang berpotensi merusak kepercayaan umat. Mundur adalah sikap ksatria, bukan kelemahan,” lanjut Gangga.
