Dari sisi lapangan, Kelompok Tani Mandiri Babakan Cisarua akan mendukung para mahasiswa dan peneliti dalam aspek teknis pertanian, penyediaan lahan, serta pencatatan data yang akurat.
Sebagai koordinator, Komite Sub DAS Cikundul mengambil peran penting di bagian hulu, mencakup pengelolaan sampah, pengoperasian reaktor biogas, serta penyediaan slurry untuk riset dan produksi pupuk cair organik.
“Tujuan utama biogas bukan sekadar api untuk dapur, tapi sistem pengelolaan sampah terpadu. Api hanyalah bonus. Yang utama adalah bagaimana tanah dan air kembali sehat,” ujar Koordinator Komite Sub DAS Cikundul, Herry Trijoko dalam keterangan tertulisnya.
Kerja Kolektif: Hulu-Tengah-Hilir
Baca Juga:Polres Cianjur Bekuk Tiga Tersangka Pengedar Ganja, Sita Barang Bukti 6,4 KilogramAwasi Implementasi UHC Prioritas, Komisi IV DPRD Cianjur: Jangan Sampai Program Ini Hanya Menjadi Jargon
Kesepakatan bersama menghasilkan pembagian kerja kolaboratif tiga tahap, yakni di Hulu, Pengelolaan sampah dan limbah, optimalisasi reaktor biogas, produksi slurry dan pupuk cair organik oleh Komite Sub DAS dan Pemerintah Desa.
Kemudian di Tengah, Penelitian, validasi data, dan penerapan pupuk cair di tiga komoditas pertanian (sayur, bunga potong, buah) dilakukan oleh Akademisi, Mahasiswa, UPTD Pertanian dan BPP.
Sedangkan di Hilir, Penguatan kelembagaan petani, branding produk pupuk cair, serta pemasaran hasil pertanian lokal dan ekspor dilaksanakan oleh Koperasi Petani dan Fasilitator Pemasaran
Herry mengatakan, dalam obrolan pra diskusi muncul gagasan bersama untuk memperkuat jejaring pasca panen dan pemasaran hasil pertanian, termasuk peluang ekspor bunga potong dan produk hortikultura lokal, melalui integrasi media sosial dan jaringan penjualan luar negeri.
Menuju Gerakan Baru Pertanian dan Sungai Sehat
Dosen Fakultas Pertanian UNSUR, Dr. Widya Sari, menyampaikan rencana pembuatan brand pupuk cair hasil biogas masyarakat sebagai bentuk kemandirian ekonomi petani dan inovasi pertanian berkelanjutan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan harus kembali ke tanah, menghidupkan petani, dan menyembuhkan sungai,” ujarnya.
Pertemuan ini disepakati bukan sebagai pertemuan terakhir, tetapi langkah awal gerakan perubahan ekologi dan sosial di Cipanas dan Cianjur. Dalam waktu dekat, mahasiswa akan menyusun timeline riset enam bulan ke depan, memastikan hasil reaktor biogas dapat dimanfaatkan secara optimal di lahan pertanian.