CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM- The Smashing Machine adalah film drama aksi-sport-thriller produksi A24 yang mengangkat kisah nyata perjalanan hidup Mark Kerr, seorang petarung legendaris Mixed Martial Arts (MMA) dan UFC di era akhir 1990-an hingga awal 2000-an.
Disutradarai oleh Benny Safdie dan dibintangi oleh Dwayne Johnson, film ini tidak hanya menampilkan pertarungan brutal di dalam ring, tetapi juga menggali sisi kelam, rapuh, dan manusiawi dari sosok yang dikenal publik sebagai “mesin penghancur.”
Mark Kerr (Dwayne Johnson) adalah nama besar di dunia MMA. Ia dijuluki The Smashing Machine karena gaya bertarungnya yang beringas, tak kenal ampun, serta reputasinya sebagai salah satu petarung paling dominan di awal perkembangan UFC.
Baca Juga:Sinopsis Film Yakin Nikah, Drama Romantis tentang Dilema Menuju PernikahanGempa Magnitudo 3,2 Guncang Nabire, Pusat di Darat 14 Km Tenggara
Keperkasaannya membuat Kerr nyaris tak terkalahkan di arena. Ia menjadi ikon baru bagi dunia olahraga yang saat itu masih dipandang sebelah mata, sekaligus menjadi simbol kekuatan, ambisi, dan kejayaan di puncak karier.
Namun, di balik sorotan kamera, sorak-sorai penonton, dan trofi kemenangan, tersembunyi luka batin serta sisi gelap kehidupan Mark Kerr. Film ini menyoroti pergulatannya dengan kecanduan obat penghilang rasa sakit yang kian menguasai dirinya. Rasa sakit fisik akibat bertahun-tahun bertarung, tekanan mental dari ekspektasi publik, serta luka batin dari hubungan pribadi yang rumit membuat Kerr terperangkap dalam lingkaran kehancuran.
Perjalanan hidup Kerr digambarkan penuh kontras: di satu sisi ia adalah gladiator modern yang dielu-elukan, tetapi di sisi lain ia hanyalah manusia biasa yang berjuang mencari jati diri, cinta, dan arti hidup.
Konflik batin ini semakin diperkuat dengan hadirnya tokoh-tokoh penting di sekelilingnya, termasuk hubungan pribadi yang rapuh, dunia pertemanan sesama petarung, dan tekanan industri olahraga yang kejam.
Benny Safdie, yang dikenal piawai membangun narasi intens dan penuh emosi, menyajikan The Smashing Machine bukan sekadar sebagai film biografi olahraga, tetapi juga sebuah potret tentang sisi rentan manusia yang kerap luput dari perhatian publik.
Dengan gaya visual khas A24, film ini menghadirkan atmosfer kelam, realistis, sekaligus emosional.