CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Selama Januari hingga Juni 2025, sedikitnya 8.000 warga Kabupaten Cianjur terdampak bencana alam. Jumlah tersebut berasal dari total 29 kejadian bencana alam.
Dari jumlah tersebut, bencana tanah longsor menjadi yang paling sering terjadi, dengan total 15 kejadian, disusul banjir, dan cuaca ekstrem.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (KL) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Wang Wang Kuswaya, mengungkapkan bencana yang terjadi tersebar di berbagai wilayah, dengan dampak signifikan terutama di April lalu.
Baca Juga:Wagub Serahkan 28 Ton Benih Padi untuk 1.138 Hektare Lahan di DemakGubernur Beberkan Alasan Mengapa Jateng Menarik untuk Menjadi Tempat Berinvestasi
“Dari total 29 kejadian, jumlah warga terdampak sekitar 8.000 jiwa dari kurang lebih 2.500 kepala keluarga (KK). Paling besar dampaknya terjadi pada April saat banjir di Kecamatan Karangtengah dan beberapa longsor di wilayah selatan,” ujarnya, pada Rabu 2 Juli 2025 lalu.
Menurutnya, banjir besar di Karangtengah menjadi peristiwa dengan jumlah warga terdampak terbanyak tahun ini. Meski hanya berlangsung singkat, ratusan warga sempat mengungsi karena air sempat merendam permukiman.
“Banjir di Karangtengah menyebabkan pengungsian sementara. Untungnya air cepat surut, jadi warga bisa segera kembali. Tapi tetap harus diwaspadai karena potensi banjir masih ada ke depan,” katanya.
Selain banjir, bencana longsor juga turut menelan korban jiwa. Satu anak meninggal dunia dan satu orang mengalami luka berat dalam peristiwa longsor di Kecamatan Cipanas, pada Mei 2025 lalu.
Sementara itu, 9 orang lainnya tercatat mengalami luka ringan akibat cuaca ekstrem pada Januari 2025.
Dari catatan BPBD, cuaca ekstrem meliputi angin kencang, hujan lebat disertai petir, dan kejadian pohon tumbang.
“Wilayah selatan Cianjur paling rawan cuaca ekstrem. Beberapa perahu milik nelayan juga sempat rusak karena gelombang tinggi. Kami imbau agar masyarakat, khususnya nelayan, mengikuti informasi cuaca dari BMKG dan tidak melaut saat kondisi berbahaya,” tambah Wang Wang.
Baca Juga:DLH Cianjur Akan Memanggil dan Memeriksa Pengelola Sampah Pasar SukanagaraBUMDes jadi Dalang Pembuangan Sampah di Pasar Sukanagara
Dia pun menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah desa dalam menghadapi potensi bencana di musim transisi seperti sekarang. Terlebih, hujan masih terjadi meski sudah memasuki awal musim kemarau.
“Kami juga terus berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan PUTR untuk pemangkasan pohon rawan tumbang. Sementara untuk respons bencana, BPBD masih terkendala peralatan dan kendaraan operasional yang sudah tua dan jumlahnya minim,” katanya.