Serangan Hama Wereng Bikin Hasil Panen Anjlok, Petani Cianjur Merugi

Diserang hama
Seorang petani memperlihatkan lokasi persawahan yang terserang hama wereng di Desa Hegarmanah, Kecamatan Karangtengah, baru-baru ini. (Foto: M Nursidin/Cianjur Ekspres)
0 Komentar

CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Serangan hama wereng batang coklat (WBC) kian parah dan menyebabkan kerugian signifikan, bahkan hingga gagal panen total di sejumlah titik, seperti Desa Hegarmanah, Kecamatan Karangtengah.

Rustam, seorang petani setempat, mengaku hasil panennya anjlok akibat hama WBC. Dari satu hektare lahan, biasanya dia bisa memanen hingga enam ton gabah. Namun kini, hasil panen yang diperoleh hanya sekitar 80 kilogram.

“Sekarang rugi banget, kemarin cuma dapat sekitar 80 kilogram. Kalau dijual paling Rp800 ribu, padahal modal tanam bisa sampai Rp10 juta,” kata dia kepada wartawan, Selasa (17/6).

Baca Juga:Kepala Staf Perang Iran Gugur Akibat Serangan Udara IsraelDorong Akses Makanan Bergizi, Warga Cianjur Mendapat Sosialisasi Program MBG

Dia menjelaskan, serangan wereng datang dengan sangat cepat, terutama menjelang masa panen. Tanaman yang hampir siap panen pun bisa rusak total dalam hitungan hari.

“Kalau padi sudah 90 persen siap panen dan kena WBC, itu habis. Dampaknya langsung terasa,” tambahnya.

Rustam berharap pemerintah memberikan perhatian lebih, terutama dalam bentuk penyuluhan dan bantuan pestisida yang merata. Dia mengaku, hingga kini desanya belum menerima bantuan tersebut.

“Kami berharap bantuan tidak pilih-pilih. Kalau bisa, bantuan pestisida dibagikan secara menyeluruh,” harapnya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan (TPHPKP) Kabupaten Cianjur, Nurdiyati mengakui penanganan hama WBC masih terbatas karena minimnya anggaran. Meskipun beberapa kelompok tani telah menerima bantuan pestisida, jumlahnya masih jauh dari cukup.

“Bantuan obat-obatan memang sudah dibagikan ke sejumlah kelompok tani, tapi jumlahnya terbatas karena anggaran terkena efisiensi. Bahkan, pengadaan pestisida saat ini masih berdasarkan pinjaman karena anggaran belum tersedia sepenuhnya,” jelas Nurdiyati.

Dia menambahkan, upaya pengendalian telah dilakukan sejak Mei 2025 lalu melalui sosialisasi dan pengarahan dari penyuluh pertanian. Beberapa daerah perlindungan pertanian (DPP) juga telah dilengkapi dengan cadangan pestisida meski dalam jumlah terbatas.

Baca Juga:Gubernur Jateng Minta Pengusaha Muda Berkontribusi dalam Pembangunan DaerahDitjen Imigrasi Perbarui Aturan Visa Kunjungan untuk Calon TKA dalam Uji Coba

Nurdiyati menduga, perubahan iklim menjadi faktor utama melonjaknya serangan WBC. Hama ini biasanya muncul dalam siklus lima tahunan, namun kini sudah kembali dalam waktu kurang dari tiga tahun.

“Seharusnya sekarang masuk musim kemarau, tapi yang terjadi adalah kemarau basah. Kondisi ini justru mendukung perkembangan hama. Kalau kemarau kering, biasanya serangan tidak terjadi,” terangnya.

0 Komentar