Kasus Balita Korban Kekerasan saat Khitan di Cianjur Berujung Damai

Berujung damai
Pemilik Klinik Khitan, Dani Radiana dan keluarga korban saat berdamai di Polres Cianjur pada Kamis, 15 Mei 2025 lalu.
0 Komentar

CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Kasus dugaan kekerasan terhadap seorang balita asal Kabupaten Bandung Barat yang dilakukan oleh petugas khitan di salah satu klinik di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, berujung damai.

Pemilik Klinik Khitan, Dani Radiana, mengakui perbuatannya dan menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Dia juga berjanji tidak akan mengulangi tindakannya.

“Sehubungan telah beredarnya video viral tentang kekerasan terhadap anak yang terjadi di rumah khitan saya, yang dilakukan oleh saya terhadap pasien. Dengan ini saya meminta maaf dan saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut,” ujar Dani dalam pernyataannya usai proses mediasi di Polres Cianjur pada Kamis, 15 Mei 2025.

Baca Juga:Sejak 2020, IPM Cianjur Konsisten di Posisi Terendah se-Jabar KASAI Soroti Pembangunan yang Mengabaikan Kelestarian Lingkungan di Indonesia

Pihak keluarga korban, melalui sang ayah, juga menyampaikan telah memaafkan pelaku dan menyepakati penyelesaian secara damai.

“Saya, selaku orangtua korban, telah memaafkan dan sepakat menyelesaikan secara kekeluargaan,” ucapnya singkat.

Kasat Reskrim Polres Cianjur, AKP Tono Listianto, membenarkan kedua belah pihak telah sepakat berdamai. “Sudah damai,” kata Tono.

Menurut Tono, pelaku mengakui tindakannya dilakukan karena kesal saat proses khitan berlangsung, sang anak tak berhenti bergerak. “Pelaku mengakui memukul karena kesal. Saat itu anak tidak didampingi orang tua dan tidak bisa diam,” ungkapnya.

Sebelumnya, video berdurasi 35 detik yang memperlihatkan aksi kekerasan terhadap balita saat proses khitan viral di media sosial.

Dalam video tersebut, terlihat seorang balita berkaos kuning, berbaring saat prosedur khitan dilakukan. Ketika balita itu menyentuh wajah petugas, pelaku terlihat membalas dengan memukul kepala sang anak.

Dani Radiana membenarkan bahwa kejadian tersebut terjadi di tempat praktiknya pada Kamis, pekan sebelumnya. Dia mengaku tindakan itu merupakan refleks spontan akibat tekanan saat prosedur medis berlangsung.

Baca Juga:Badan Bank Tanah Komitmen Sejahterakan Masyarakat dengan HPLUnit Siaga SAR Cianjur Latih 30 Peserta Calon Potensi SAR 

“Itu khilaf dari saya. Spontanitas, bukan karena kesengajaan. Saat anak berontak, saya refleks melakukan itu karena khitan butuh konsentrasi tinggi,” jelasnya.

Meski kasus telah diselesaikan secara kekeluargaan, peristiwa ini tetap memicu perhatian publik dan menjadi pengingat pentingnya profesionalisme serta kesabaran dalam penanganan medis terhadap anak.

0 Komentar