BANDUNG, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini menjadi momen istimewa bagi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmen membenahi dunia pendidikan di tengah berbagai pro dan kontra kebijakan yang ia gulirkan, termasuk pelarangan study tour, wisuda, dan perpisahan yang bersifat hura-hura.
“Upacara Hari Pendidikan Nasional dan hari ini sangat spesial karena hari ini hari pertama saya menjadi gubernur melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional,” ujar Dedi, sebagaimana dikutip dari aku resmi @dedimulyadi71 pada Kamis (2/5).
Ia menyayangkan maraknya aksi tawuran yang melibatkan pelajar di Jawa Barat. Menurutnya, hampir setiap hari ia harus menangani korban tawuran yang mengalami luka serius hingga harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga:Imran: Malut United Siap Tempur, Fokus Maksimal Hadapi PersibPolda Papua Barat Resmi Tutup Operasi SAR Pencarian IPTU Tomi Samuel Marbun
“Anak-anak Jawa Barat tawuran setiap hari. Saya sudah setiap hari menangi yang korban tawuran yang dibacok. Harus membiayai di rumah sakit biayanya puluhan juta. Banyak Deh,” ucapnya.
Sebagai solusi, Dedi menyatakan telah mengambil langkah konkret untuk menangani persoalan ini, termasuk bekerja sama dengan kepolisian. Namun ia menekankan bahwa negara harus hadir untuk menangani anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu.
“Karena gak sanggup ya kita tangani, dengan negara harus bisa menangani,” tegasnya.
Dedi juga mengumumkan kebijakan baru berupa pola pendidikan berbasis kedisiplinan yang akan dilaksanakan di lingkungan komplek tentara. Meski tidak melibatkan latihan militer, para siswa akan dididik dalam suasana yang teratur dan ketat demi membentuk karakter yang kuat.
“Diajarin tidur jam 8 malam, bangun jam 4 pagi, mandi, salat subuh, kamarnya harus rapi kayak tentara, nyapu di halaman, olahraga, sarapan, lalu belajar seperti biasa,” ungkapnya.
Selain pelajaran akademik, siswa juga akan dibekali keterampilan praktis seperti bertani, peternakan, kelautan, kewirausahaan, hingga olahraga seperti sepak bola dan voli. Tujuannya adalah membentuk karakter disiplin dan rasa cinta kepada orang tua, sesama, dan negara.
“Ini arah kebijakannya. Jadi gak ada latihan perang. Seluruh kebijakan tentu ada yang pro dan ada yang kontra,” kata Dedi mengakhiri pernyataannya.