CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Bupati Cianjur, menanggapi serius persoalan rendahnya rata-rata lama sekolah (RLS) dan banyaknya anak yang putus sekolah di Kabupaten Cianjur.
Diketahui, berdasarkan data yang diungkap dalam Hari Hak dan Kesejahteraan Masyarakat (HHKM) 2025, tercatat ada sekitar 48.000 anak yang tidak melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.
Bupati Cianjur, dr. Mohammad Wahyu Ferdian, mengatakan kondisi ini memerlukan penanganan menyeluruh, bukan hanya dari sisi sistem pendidikan, tetapi juga dari pola pikir masyarakat.
Baca Juga:Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, ITM: Awasi Penggunaan Smartphone pada AnakIdulfitri 2025, Wahyu Open House-Ramzi ke Jakarta
“Ini harus ada penanganan secara komprehensif. Bukan hanya mengenai pendidikannya, tapi juga pola pikir. Baik dari orang tuanya, perangkat di lingkungannya, termasuk dari anak-anak itu sendiri,” ujar dr. Wahyu saat di tanyai di Pendopo Cianjur, pada Jumat 2 Mei 2025.
Menurutnya, pendidikan tidak boleh dipandang sebatas memperoleh ijazah, melainkan sebagai cara membangun pola pikir, meningkatkan pemahaman, dan membuka peluang kesejahteraan di masa depan.
“Pendidikan itu penting, bukan hanya untuk ijazah. Tapi juga sebagai bekal membentuk pola pikir, pemahaman, dan jalan menuju kesejahteraan mereka di masyarakat,” katanya.
Menanggapi adanya budaya yang menganggap lebih baik menyekolahkan anak ke pesantren daripada sekolah formal, dia menilai hal itu bukan sebuah masalah, selama pesantren tersebut juga menyelenggarakan pendidikan formal.
“Di Cianjur ini memang banyak pesantren. Jangan kita pisahkan antara pendidikan pesantren dan pendidikan formal, karena sekarang banyak pesantren yang sudah terintegrasi. Kita juga akan dorong pesantren yang belum formal untuk terkoordinasi dengan kami, agar lulusannya punya kompetensi yang setara dengan anak-anak seusianya,” pungkasnya.