Imbas Dolar Menguat, Pengusaha Tahu Cianjur ‘Menjerit’

Tahu super
Sejumlah pekerja tengah memproduksi tahu di pabrik Tahu Super Haji Sarbini 1988 di Jalan Munjul, Desa Munjul, Kecamatan Cilaku pada Rabu, 16 April 2025.
0 Komentar

Saking sulitnya merambah pasar, bahkan dirinya pernah tidak bisa menjual sama sekali, padahal tahunya hanya tahan selama tiga hari saja.

Beruntung, usahanya sempat tertolong dengan adanya program pemerintah pusat, Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan Badan Gizi Nasional (BGN) di beberapa kecamatan.

“Jadi kesulitan ini hampir dirasakan oleh semua pengusaha tahu, menjerit semuanya karena kesulitan menjual,” kata Rafi.

Baca Juga:KRC Tanam Pohon Pinus Langka saat Rayakan HUT ke-173Kementerian ESDM: PLTP Cipanas Bakal Pasok Kebutuhan Listrik di Jawa-Bali 

Di sisi lain, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya membenarkan adanya kenaikan harga kacang kedelai.

“Harga kacang kedelai memang terus beranjak naik. Indikatornya adalah dolar (USD) karena impor, apalagi kemarin sempat naik dari Rp16.300 sampai ke Rp17.000,” ungkap Hugo saat dihubungi Cianjur Eskpres.

Dia menyebutkan, untuk bahan baku kacang kedelai di Indonesia, 90 persen diimpor dari Amerika, Kanada, dan Brazil, sisanya adalah hasil petani lokal.

Di samping itu, petani lokal khususnya yang ada di Cianjur, kebanyakan memanen muda kacang kedelai agar lebih cepat dijual. Sementara, produsen tahu dan tempe lebih membutuhkan kacang kedelai tua untuk bahan baku.

“Itu beberapa faktornya kenapa mereka lebih menggunakan barang impor dari pada lokal, meskipun petani lokal di sini banyak, ada di Ciranjang, Sukaluyu, Sukanagara, dan Cidaun. Meskipun jumlah terus berkurang karena lebih memilih menanam jagung dan palawija lain,” kata dia.

Dia menyebutkan , di Cianjur sendiri kurang lebih ada 250 usaha pabrik tahu dan tempa yang terdaftar di KOPTI.

0 Komentar