“Ulu-ulu ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah khususnya, agar mereka membersihkan irigasi ini betul-betul mencintai, sehingga disitulah perlu ada honorarium untuk Ulu-ulu sendiri,” tuturnya.
Dadan pun mengingatkan, bahwa untuk membangun pertanian di Kabupaten Cianjur diawali dengan bersama-sama memperbaiki irigasi yang dilakukan secara gotong royong.
“Kita sudah ngobrol dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan mereka sesungguhnya siap, tinggal bagaimana perhatian dari pemerintah daerah, provinsi dan pusat untuk memperbaiki,” katanya.
Penyempitan dan Pendangkalan
Baca Juga:Abdi Nagri Nganjang Ka Warga, Masyarakat Antusias Akses Layanan Publik dan Saksikan Wayang GolekAbdi Nagri Nganjang Ka Warga, Sekda Herman: Terobosan Dekatkan Layanan Publik kepada Masyarakat
Sementara itu Kepala Desa Ciherang, Nyanyang Sarip Hidayat, mengungkapkan, bahwa kondisi saluran irigasi di wilayahnya terjadi penyempitan hingga pendangkalan.
“Kami sudah melakukan gerakan bersama masyarakat yakni Gebros (gerakan bersih-bersih selokan), tapi kan tenaga manusia kurang mencukupi. Sehingga kami usulkan ke Pak Dadan (Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat) yang melihat langsung kondisi di lapangan, insyaAllah nanti akan membantu beko (alat berat) untuk dikeruk,” katanya.
Dia mengungkapkan, kondisi lahan pertanian di wilayah Desa Ciherang kebanyakan masih tadah hujan sehingga ada yang panen dua kali bahkan satu kali dalam setahun.
“Lahan pertanian yang bisa dialiri hanya beberapa puluh hektar, sedangkan kondisi saluran irigasi sudah tidak layak lagi. Kalau pendangkalan dikeruk untuk pendalaman, nanti air bisa mengalir dengan baik,” kata Nyanyang.