CIANJUR,CIANJUREKSPRES – Jembatan Cibogo penghubung antar kampung di Desa Ciwalen, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, kembali bisa digunakan oleh masyarakat dan kendaraan bermotor setelah putus akibat sungai yang meluap beberapa waktu lalu.
Bupati Cianjur, Mohammad Wahyu Ferdian, mengatakan bahwa pihaknya langsung bergerak cepat setelah kejadian tersebut terjadi.
“Saya baru pulang dari Magelang, lalu pada hari kedua atau ketiga setelah jembatan roboh, kepala dinas langsung meninjau lokasi. Keesokan harinya, perencanaan jembatan darurat langsung dikerjakan, dan dalam dua hari selesai. Alhamdulillah, pada hari ke-26 jembatan sudah berdiri lagi, tidak sampai satu bulan. Sekarang bisa dilewati lagi, bahkan mobil juga bisa lewat. Mudah-mudahan ini bisa membantu masyarakat di sini,” ujarnya setelah meresmikan jembatan baru dikutip dari akun media sosial Instagram pribadinya @dr.mohammadwahyuferdian pada Sabtu 29 Maret 2025.
Baca Juga:Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1446 H Jatuh pada 31 Maret 202521 Ribu Sepeda Motor Menyeberang ke Sumatera, Menhub Dudy Pastikan Kelancaran di Pelabuhan Ciwandan Cilegon
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Asep Kusmanawijaya, menjelaskan bahwa jembatan tersebut masih bersifat darurat meskipun sudah dapat dilalui kendaraan roda empat.
“Jembatan ini disebut Jembatan Gelagar, masih masuk kriteria darurat, tetapi sudah bisa dilalui mobil. Sebelumnya, jembatan sementara yang dibuat dari bambu hanya bisa dilewati motor. Karena ini jalan desa, maka perencanaan jembatannya dibuat oleh Dinas Perkim dan dananya berasal dari Belanja Tidak Terduga (BTT) dengan total anggaran sekitar Rp400 juta,” jelasnya saat dihubungi Cianjur Ekspres via telepon.
Menurutnya, proses pembangunan jembatan ini memakan waktu sekitar 20 hari, termasuk tahap pembersihan puing-puing akibat robohnya jembatan sebelumnya.
“Kalau pengerjaan fisiknya sebenarnya hanya 14 hari, tapi pembersihannya yang cukup lama, jadi total sekitar 20 hari. Kapasitas mobil yang bisa melewati jembatan ini dibatasi maksimal dua ton. Meski masih tergolong jembatan darurat, diperkirakan bisa bertahan hingga dua tahun,” tambahnya.
Dia menegaskan, untuk pembangunan jembatan permanen ke depannya, keputusan dan anggarannya berada di tangan pemerintah desa.
“Karena ini jalan desa, kewenangannya masih ada di kepala desa. Jadi anggarannya nanti tergantung keputusan mereka,” pungkasnya.