Partisipasi pendidikan usia dini baru mencapai 43,99 persen, sementara angka partisipasi sekolah pada jenjang 12-15 tahun hanya 77,13 persen dan pada jenjang 16-18 tahun hanya 68,83 persen. Ini menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak di Cianjur yang belum mendapatkan akses pendidikan yang memadai, yang tentunya berimplikasi pada kualitas SDM di masa depan.
Persoalan kemiskinan dan pengangguran juga masih menghantui Kabupaten Cianjur. Saat ini, angka kemiskinan mencapai 10,22 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Jawa Barat dan nasional.
Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka berada di angka 7,71 persen, menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan masih menjadi tantangan bagi masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kebijakan yang mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas serta memberdayakan sektor-sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja lokal.
Baca Juga:Jabar Ditarget Punya 30 Sekolah Rakyat, Gubernur Dedi Mulyadi Dukung PenuhSekda Jabar Herman Suryatman Sambut Baik Mekanisme Baru Penyaluran Tunjangan Profesi Guru ASN Daerah
Di bidang infrastruktur, tantangan besar masih dihadapi dalam hal perbaikan jalan, jembatan, irigasi, serta penyediaan jaringan air bersih. Infrastruktur yang memadai merupakan tulang punggung pembangunan daerah, karena tanpa konektivitas yang baik, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan sulit dicapai.
Kang Lepi mengharapkan adanya kolaborasi yang erat antara pemerintah, DPRD, dunia usaha, serta masyarakat. Dia optimis bahwa pembangunan Kabupaten Cianjur dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Semangat gotong royong dan komitmen bersama akan menjadi modal utama dalam mewujudkan Cianjur yang lebih sejahtera, berdaya saing, dan berkelanjutan,” pungkasnya.(*)