AMPI Cianjur Gelar Diskusi Pemuda Bicara Demokrasi, Bahas Sejumlah Isu Aktual

AMPI Cianjur
DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Cianjur, menggelar diskusi dengan tema \'Pemuda Bicara Demokrasi: Refleksi Perjalanan Demokrasi, Telaah Kritis Undang-undang Pilkada dan Pemilu\', Rabu 29 Januari 2025.(istimewa)
0 Komentar

Namun dia menegaskan, bukan bukan berarti generasi Z tidak mengikuti politik.

“Mereka dengan gaya dan dengan caranya mengakses politik itu ternyata lebih dekat melalui media sosial, YouTube, Instagram, TikTok dan seterusnya. Makanya AMPI akan ada semacam pendekatan yang lebih massif menggunakan media sosial, jadi pesan politiknya bisa menggunakan media sosial,” papar Kang Lukman.

Lebih lanjut dia mengatakan, apatisme politik bukan hanya di Indonesia saja, melainkan di belahan dunia lain pun terjadi. Kang Lukman pun mengungkapkan, faktor penyebabnya mungkin politik hari ini wajahnya sedikit ‘menyeramkan’.

Baca Juga:Dapat Anggaran Rp10,6 M dari APBD 2025, Kalak BPBD Cianjur: 60 Persen untuk Kebutuhan OperasionalNaik 2,5 Persen, Anggaran Disdikpora Cianjur Tahun 2025 Rp1,7 Triliun

“Politik masih dianggap identik kotor, politik masih dianggap semata hanya perebutan kekuasaan, bagi-bagi kekuasaan, lebih jauhnya ada praktik-praktik yang dianggap publik kurang pas, korupsi dan seterusnya. Makanya itu yang semakin menjadi beban kita, bahwa milenial atau generasi Z masih kurang suka atau apatis dengan politik,” katanya.

Meski demikian, AMPI Cianjur melihat bahwa pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 lalu, banyak generasi muda yang duduk di DPRD dan jumlahnya lumayan banyak dibanding dengan pemilu-pemilu sebelumnya.

“Saya catat di beberapa partai, baik di Golkar atau partai lainnya itu menyumbang usia-usia muda menjadi Anggota DPRD. Ternyata saya komunikasi dengan pengurus AMPI di daerah lain, sama,” kata Lukmanul Hakim. “Jadi ada harapan per hari ini, generasi muda milenial banyak yang masuk ke posisi penting di politik, DPRD dan bahkan ada juga yang menjadi wakil bupati. Mudah-mudahan ini terus konsisten, di Tahun 2029 generasi muda bisa maksimal mengisi posisi-posisi politik,” ujarnya menambahkan.

Namung, Kang Lukman mengingatkan, tentunya tanpa meninggal generasi senior. “Karena kemudaan juga menjadi faktor penting, tetapi pengalaman juga harus utama,” ucapnya.

Dia mengatakan, setiap partai politik hakekatnya berkewajiban untuk melakukan pendidikan politik yang sebetulnya akan lebih bisa memaksimalkan melakukan kaderisasi untuk generasi selanjutnya.

“Karena di politik tidak ada yang abadi, apalagi partai harus melakukan regenerasi, karena hidup atau matinya partai salah satunya karena meninggalkan kaderisasi, dan ini penting buat partai, pendidikan politik dan regenerasi,” kata Kang Lukman.

0 Komentar