Masih Dalam Proses Pembangunan
Akhirnya, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jendral Cipta Karya, Balai Prasarana Permukiman Wilayah I Provinsi Jawa Barat pun mulai membangun SDN Girijaya yang baru dengan anggaran Rp2,3 miliar.
Pembangunan itu pun dimulai sejak 5 Agustus 2024 dan ditarget rampung pada 31 Desember 2024 atau tepat saat akhir tahun. Totalnya 149 hari kalender.
“Saat ini masih dalam proses pembangunan. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa digunakan. Anak didik kita punya semangat yang tinggi untuk bersekolah,” kata Hidayanti.
Baca Juga:PLN dan PLN Icon Plus Beserta MKI Persembahkan Electricity Connect 2024 Dorong Inovasi Energi BerkelanjutanDukungan Kiai dan Pondok Pesantren di Cirebon untuk Pasangan ASIH Terus Menguat
Tak hanya masalah fasilitas yang musnah karena bencana, masalah mentalitas anak untuk mengenyam pendidikan pun sempat pudar setelah gempa.
“Apalagi ada satu anak didik kita jadi korban karena tertimbun reruntuhan saat di rumahnya. Makanya dengan mereka mau hadir di sekolah saja itu menjadi suatu hal yang luar biasa bagi saya,” ungkapnya.
Proses sekolah dalam membangun semangat anak untuk kembali belajar di sekolah pun tidak mudah.
Setelah tragedi gempa, hampir semua anak didiknya terpisah-pisah mengikuti orang tuanya ke luar wilayah dan numpang belajar di sekolah darurat lain.
“Sampai akhirnya pada Mei 2023 atau 6 bulan setelah gempa, semua anak didik kita akhirnya bersatu lagi di SDN Girijaya. Karena kalau pisah-pisah, kita bingung jika masuk waktu ujian nasional,” jelas Hidayati.
Namun tantangan tidak berhenti sampai di situ. Para siswa dan guru SDN Girijaya pun harus berjibaku dengan kondisi alam selama belajar di kelas darurat.
Saat panas terik, suhu dalam tenda terpal akan sangat cepat naik, membuat semuanya kegerahan bak di dalam oven. Saat hujan disertai angin, ancaman lain pun datang. Bocor, banjir, atau tersapu angin dan makin merusak sisa-sisa fasilitas yang ada.
Baca Juga:PLN Icon Plus Hadirkan Inovasi Masa Depan ICONNEXT dalam Ajang Electricity Connect 2024Cianjur Diguncang Gempa hingga Empat Kali, Sejumlah Sekolah Dikabarkan Rusak
“Kita sudah sering gonta-ganti terpal atau tenda. Saat ada angin kencang, terpal-terpal kelas ini akan beterbangan. Belum lagi jika hujan deras, kelas tenda pun pasti kebanjiran,” bebernya.
Kondisi itu pun mempengaruhi durasi belajar anak didik SDN Girijaya. Paling lama, anak akan menerima pelajaran hingga 11.30 WIB.
“Kalau musim kemarau, pukul 09.00 WIB kelas tenda dan terpal akan terasa panas. Pakai kipas angin pun tidak mempan. Maka dengan pertimbangan menjaga kesehatan anak, maka kelas dipersingkat,” Hidayanti menjelaskan.