Menilik Pusat Gempa 5,6 Magnitudo di Cianjur Setelah Dua Tahun Terjadi

Gempa
PUING BANGUNAN: Salah satu rumah berlantai dua di Kampung Rawacina, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur masih nampak berdiri meski sudah beberapa bagian dindingnya ditumbuhi semak belukar. (Rikzan RA/Cianjur Ekspres)
0 Komentar

CIANJUR,CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Misbah (23) duduk di bawah pohon ceri yang ada di antara reruntuhan rumah di Kampung Rawacina, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur sambil mengeringkan peluhnya.

Setelah mengangkut selusin gabah kering dari sawah yang ada di belakang bekas permukiman itu, dia dan dua pria lainnya, Muhammad (64) dan Kholid (50).

Misbah, adalah warga asli Kampung Rawacina yang kini kosong melompong setelah ditetapkan sebagai zona merah bahaya gempa bumi 5,6 magnitudo pada 21 November 2022 silam. Tepat 2 tahun lalu.

Baca Juga:Indonesia Promosikan Desain Paspor Merah Putih di Simposium ICAOGempa Guncang Cianjur, Getarannya Terasa di Kecamatan Cibeber Disertai Suara Gemuruh

Dia dan kurang lebih 150 KK lainnya, pindah domisili ke rumah relokasi di Bumi Sirnagalih Damai (BSD), Kecamatan Cilaku.

Tragedi 2 tahun silam, menewaskan 20 orang kampungnya. Berada paling dekat dengan pusat gempa bumi, ratusan rumah pun ambruk menimpa penghuninya. Tua maupun muda.

“15 yang meninggal dunia di tempat, tapi setelah ada yang sempat menerima perawatan di RS, total yang meninggal dunia menjadi sekitar 20 orang. Orang tua hingga bayi,” ungkapnya saat didatangi Ciajur Ekspres di Kampung Rawacina, Rabu 20 November 2024.

Gempa kala itu, diawali dengan dentuman keras. Misbah yang saat itu bekerja di pabrik penggilingan gabah tak jauh dari kampungnya, tersentak hebat.

“Saya melihat langsung bagaimana kondisi bumi saat gempa. Setelah ada suara seperti ledakan, sawah-sawah tiba-tiba terombang-ambing. Lawaknya gelombang laut, diteruskan dengan getaran menyamping yang membuatnya panik.

“Saya ingat ada bapak di rumah. Saya pun lari melewati persawahan menuju kampung. Saat itu debu sudah mengepung, saya pun harus berlari di antara puing-puing rumah,” kata Misbah sambil menunjuk lokasi bekas rumahnya.

Rumahnya rata dengan tanah, ditambah ambruknya material bangunan masjid yang tepat ada di sisi kediamannya.

Baca Juga:Di Electricity Connect 2024, PLN Galang Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi di IndonesiaKadin Cianjur Sebut Wacana Kenaikan PPN 12 Persen Kabar Buruk Bagi Dunia Usaha

“Saya panggil-panggil ayah saya sampai beliau menyaut. Walau pun kejadiannya siang, tapi kondisinya gelap seperti malam hari tanpa listrik,” kata dia.

Meskipun banyak korban jiwa berjatuhan, dia bersyukur ayahnya masih selamat. Sedangkan ibunya, sedang berjaualan di pasar yang ada di Desa Cibulakan, aman.

Dulu, Kampung Rawacina hidup. Sebagian besar warganya bertani di persawahan sekitar.

Kini, layaknya kota mati. Puing-puing bangunan jadi saksi bisu ganasnya bencana gempa bumi akibat aktivitas Sesar Cugenang yang baru terindentifikasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

0 Komentar