Ini Penjelasan BMKG Soal Suhu Panas Terik di Jabar 

Panas terik
Citra satelit produk Himawari-9 EH menunjukan suhu puncak awan yang didapat dari pengamatan radiasi. (Foto: BMKG)
0 Komentar

CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teguh Rahayu menyebutkan, suhu udara di wilayah Jawa Barat pada Oktober 2024 lebih panas dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Diketahui, selama Oktober 2024 suhu minimum Jabar berkisar antara 19 hingga 22 derajat Celcius. Sementara suhu maksimal berada antara 29 hingga 34 derajat Celsius.

Pihaknya mencatat, suhu panas paling tinggi terjadi pada Selasa, 29 Oktober 2024 dengan suhu maksimal mencapai 34,5 derajat Celcius.

Baca Juga:Terkuak, Ini Alasan Kurangnya Upaya Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana di CianjurTidak Ada Alat Elektronik yang Rusak saat Atap Laboratorium SMPN 3 Tanggeung Ambruk

“Secara umum, fenomena suhu panas terik tersebut dipicu beberapa faktor astronomis, di antaranya dominasi cuaca cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari,” jelas Rahayu pada Kamis, 31 Oktober 2024.

Dia menjelaskan, hal itu terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, termasuk Jabar.

Kondisi itu menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu di luar ruangan terasa sangat terik.

Di akhir Oktober ini, lanjutnya, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, sehingga sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa mendapatkan dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens di bandingkan wilayah lainnya.

Hal itu juga yang membuat wilayah Indonesia di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya baru akan memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November 2024 ini.

“Sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari,” kata dia.

Namun, fenomena astronomis tersebut tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.

Baca Juga:Investigasi Disdikpora di SMPN 3 Tanggeung: Rangka Atap Diduga Tak Sesuai SpesifikasiKA Siliwangi Tertemper Motor Penjual Es Keliling, Korban Kritis di RSUD Sayang Cianjur

Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara juga memiliki dampak yang lebih terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia termasuk Jabar.

0 Komentar