Semua Paslon Cabup dan Cawabup Cianjur Dinilai Belum Paham Esensi Debat

Swafoto
Tiga paslon dalam Pilkada Cianjur 2024 berswafoto usai debat publik yang disiarkan melalui kanal YouTube KPU Cianjur TB, beberapa waktu lalu.
0 Komentar

CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Dalam Debat Publik Pertama Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Cianjur dalam Pilkada 2024, di hotel di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung pada Jumat, 25 Oktober 2024 lalu, semua pasangan calon (paslon) dinilai belum paham esensi dari debat.

Debat perdana itu sendiri mengusung tema “Membangun Cianjur Mandiri, Berdaya Saing, serta Berbudaya menuju Masyarakat yang Sejahtera”. Adapun paslon nomor urut 1 yakni Herman Suherman-M Solih, nomor urut 2 Mohammad Wahyu-Ramzi, dan nomor urut 3 Deden Nasihin-Efa.

“Saya melihat semua kandidat belum memahami aturan debat. Mana tanggapan dan mana penyampaian visi misi. Debat itu harusnya jadi forum yang dinamis untuk mendalami dan menjawab tiap-tiap masalah yang ada di Cianjur,” ungkap Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jawa Barat, Irhan Ari Muhammad pada Minggu, 27 Oktober 2024.

Baca Juga:PHRI Harap Debat Paslon Kedua Diselenggarakan di CianjurHari Sumpah Pemuda ke-96, Generasi Bangsa Harus Menjadi Pelopor Kedamaian 

Irhan mengungkapkan, seharusnya para kandidat paham jika debat tersebut akan memperlihatkan kualitas dan kapasitas sosok dan akan menjadi penilaian bagi masyarakat untuk memilih.

“Tapi itu lah kualitas yang mereka tunjukan sebagai calon pemimpin. Masyarakat Cianjur sudah cerdas dan akan memberikan penilaiannya setelah melihat debat perdana Jumat lalu,” jelasnya.

Jika harus dinilai, lanjut Irhan, dalam debat perdana lalu paslon nomor urut 1 mendapatkan 6 dari 10, paslo nomor urut 2 bernilai 7 per 10, dan paslon nomor urut 3 diberi nilai 8 per 10.

“Semua (paslon) perbanyak baca buku debat lah. Lalu paslon nomor urut 1 menang dalam pengalaman 32 tahun di pemerintahan. Tapi bukan jaminan bisa menguasai debat,” kata dia.

Sementara untuk paslon nomor urut 2, disebut kurang inisiatif untuk meramu data Cianjur. Meski dianggap unggul dalam hal terjun ke lapangan untuk sosialisasi dan mencari aspirasi. Sayangnya, aspirasi yang dihimpun tidak dituangkan dalam bentuk sebuah data dan disajikan dalam debat.

“Analoginya, bagaimana mau memimpin kalau bahkan jumlah penduduk Cianjur saja tidak dicari tahu, ya repot. Seharusnya sebelum debat semua data dipersiapkan,” ungkapnya.

Untuk paslon nomor urut 3, disebut menang dalam teori dan tetap dinilai belum paham konsep berdebat dan beradu argumen. “Apakah efek dari tegang, demam panggung, saya tidak paham. Tapi Paslon nomor urut 3 yang sudah bermain data,” kata dia.

0 Komentar